Indonesia Diminta Prioritaskan Pasokan Kelapa Sawit oleh Beberapa Negara
Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan adanya permintaan dari sejumlah negara agar Indonesia memprioritaskan pasokan kelapa sawit. Permintaan ini disampaikan langsung oleh para kepala negara kepada Prabowo dalam kunjungan-kunjungan kenegaraannya.
Menurut Prabowo, status Indonesia sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia menjadikan komoditas ini sangat strategis dan diminati banyak negara. Dalam acara halal bihalal Purnawirawan TNI AD dan keluarga besar TNI-Polri, Prabowo menyampaikan, "Kelapa sawit kita terbesar di dunia. Jangan kita anggap enteng kelapa sawit. Kelapa sawit sekarang sudah menjadi komoditas kritis, strategis."
Lebih lanjut, Prabowo menyebutkan beberapa negara secara spesifik yang mengajukan permintaan tersebut. "Setiap saya ke negara-negara mana, mereka minta. 'Yang mulia, tolong. Kelapa sawit Indonesia kalau bisa prioritas kepada kami.' Mesir, Pakistan, India, bahkan Eropa," ungkapnya.
Presiden Prabowo juga menyinggung potensi kelapa sawit sebagai bahan baku untuk berbagai produk, termasuk bahan bakar minyak (BBM). Ia meyakini Indonesia memiliki potensi untuk mencapai swasembada BBM dan tidak perlu bergantung pada impor.
"Dan kita harus tahu, kita impor BBM hampir 40 miliar dollar (AS) setahun. Padahal kita sebetulnya tidak perlu impor," tegasnya. Prabowo berjanji, pemerintahan yang ia pimpin ingin mencapai swasembada BBM dalam lima tahun mendatang, sesuai dengan semangat kemandirian yang diusung oleh angkatan 1945 TNI AD.
Disisi lain, Anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Eugenia Mardanugraha mengungkapkan, Indonesia belum memiliki kendali atas harga kelapa sawit di pasar internasional, meskipun menjadi produsen terbesar dunia.
Berdasarkan data Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada tahun 2024, Indonesia menghasilkan hampir 59 persen produksi kelapa sawit global. Sementara itu, Malaysia berada di posisi kedua dengan 24 persen, dan negara-negara lain hanya menyumbang 17 persen.
Indonesia memiliki lahan kelapa sawit seluas 16,38 juta hektar dengan total produksi 46,8 juta ton minyak sawit mentah (CPO).
"Secara produksi, Indonesia adalah raksasa dunia. Negara lain, bahkan Malaysia, tidak bisa menandingi kita. Negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan China tidak punya sawit. Vietnam dan Thailand pun hanya memproduksi sedikit, hampir tidak mungkin bersaing," ujar Eugenia.
Namun, lanjut Eugenia, dominasi produksi ini belum berdampak pada penentuan harga. "Yang mengatur harga itu bukan kita, melainkan Malaysia dan Rotterdam Belanda. Meskipun Indonesia produsen terbesar, pasar perdagangan sawit justru ada di sana. Jadi, kita hanya bisa menerima harga yang mereka tetapkan," jelasnya.
Oleh karena itu, Eugenia mendorong pemerintah, BUMN, dan sektor swasta untuk memperkuat pusat perdagangan sawit di Indonesia agar dapat menciptakan harga domestik yang lebih adil.