Serikat Petani Indonesia Soroti Penyerapan Beras Bulog yang Belum Optimal

Serikat Petani Indonesia (SPI) baru-baru ini menyampaikan kekhawatiran mereka terkait penyerapan beras oleh Perum Bulog yang dinilai belum mencapai potensi maksimal. Sekretaris Umum SPI, Agus Ruli Ardiansyah, mengungkapkan hal ini setelah melakukan pertemuan dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta.

Menurut Ruli, salah satu penyebab utama masalah ini adalah kurangnya peran aktif Bulog dalam menjemput langsung gabah dari petani di lapangan. Kondisi ini membuat petani lebih memilih menjual hasil panen mereka kepada pihak swasta yang lebih proaktif. Pihak swasta dinilai lebih efisien karena langsung mendatangi lahan petani untuk melakukan pembelian.

"Bulog cenderung meminta petani mengumpulkan gabah di satu titik. Hal ini memaksa petani menanggung biaya tambahan seperti biaya transportasi, biaya pengemasan, dan biaya penimbangan," jelas Ruli. Beban biaya tambahan ini secara signifikan mengurangi keuntungan petani, bahkan berpotensi membuat mereka menjual gabah di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang telah ditetapkan sebesar Rp 6.500 per kilogram.

SPI mendesak Komisi IV DPR RI untuk mengambil tindakan tegas terkait masalah ini. Mereka menekankan bahwa penyerapan gabah sesuai HPP merupakan amanat dari Instruksi Presiden dan keputusan Badan Pangan Nasional (Bapanas). SPI berharap, dengan intervensi yang tepat, Bulog dapat meningkatkan efektivitas penyerapan gabah dan melindungi kesejahteraan petani.

Berikut adalah poin-poin yang menjadi sorotan SPI:

  • Peran Bulog Belum Optimal: Penyerapan gabah belum maksimal karena Bulog kurang aktif menjemput langsung ke petani.
  • Biaya Tambahan Petani: Petani menanggung biaya transportasi, pengemasan, dan penimbangan jika menjual ke Bulog.
  • Harga di Bawah HPP: Banyak gabah yang dibeli di bawah HPP karena beban biaya tersebut.
  • Desakan Tindakan Tegas: SPI meminta Komisi IV DPR RI mengambil tindakan tegas untuk memastikan penyerapan sesuai Inpres dan keputusan Bapanas.

Sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, menyatakan harapan agar Bulog dapat meningkatkan kemampuan penyerapan beras hingga mencapai 50.000 ton per hari. Saat ini, Bulog diklaim telah menyerap lebih dari 20.000 ton per hari, dan pemerintah terus berupaya meningkatkan angka tersebut.

Masalah penyerapan gabah ini menjadi perhatian penting karena berkaitan langsung dengan kesejahteraan petani dan stabilitas harga pangan. Pemerintah diharapkan dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi kendala yang ada dan memastikan petani mendapatkan harga yang layak untuk hasil panen mereka.