Deflasi Tahunan di Indonesia: Dampak Diskon Listrik, Bukan Penurunan Daya Beli
Deflasi Tahunan di Indonesia: Dampak Diskon Listrik, Bukan Penurunan Daya Beli
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan fenomena langka di perekonomian Indonesia: deflasi tahunan sebesar 0,09% pada Februari 2025. Hal ini menandai penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) menjadi 105,48 dari angka sebelumnya, 105,58. Kejadian serupa terakhir kali tercatat pada Maret 2000, di mana Indonesia mengalami deflasi tahunan sebesar 1,10%, yang didominasi oleh penurunan harga bahan makanan. Namun, Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menekankan bahwa deflasi kali ini berbeda. Bukan penurunan daya beli yang menjadi penyebab utama, melainkan dampak signifikan dari kebijakan pemerintah berupa diskon tarif listrik sebesar 50% yang berlaku pada Januari dan Februari 2025.
Penjelasan lebih rinci disampaikan oleh Ibu Widyasanti dalam konferensi pers pada Senin, 3 Maret 2025. Beliau menjelaskan bahwa indikator penurunan daya beli biasanya tercermin dari komponen inti IHK. Namun, pada bulan Februari 2025, komponen inti justru mengalami inflasi tahunan sebesar 2,48%, berkontribusi terhadap inflasi sebesar 1,58%. Komoditas yang mendorong inflasi pada komponen inti antara lain emas perhiasan, minyak goreng, kopi bubuk, dan nasi dengan lauk. Ini menunjukkan bahwa meskipun terjadi deflasi secara keseluruhan, daya beli masyarakat belum tentu mengalami penurunan. Sebaliknya, komponen harga yang diatur pemerintah mengalami deflasi signifikan sebesar 9,02%, memberikan andil deflasi sebesar 1,77% dan didorong terutama oleh diskon tarif listrik.
Lebih lanjut, komponen harga bergejolak menunjukan inflasi sebesar 0,56% dengan andil inflasi 0,10%. Beberapa komoditas di dalam kelompok ini mengalami kenaikan harga, seperti cabai rawit, bawang putih, kangkung, dan bawang merah, sementara komoditas lainnya mengalami penurunan. Kombinasi kenaikan dan penurunan harga dalam komponen ini menghasilkan angka inflasi yang relatif kecil. Secara keseluruhan, analisis data IHK menunjukkan bahwa dampak kebijakan diskon tarif listrik telah memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap angka deflasi tahunan dibandingkan dengan faktor-faktor lain, termasuk daya beli masyarakat. Perlu analisis lebih lanjut untuk melihat dampak jangka panjang dari kebijakan ini dan tren konsumsi masyarakat.
Kesimpulannya, deflasi tahunan yang terjadi di Indonesia pada Februari 2025 merupakan fenomena kompleks yang tidak semata-mata disebabkan oleh penurunan daya beli. Diskon tarif listrik menjadi faktor dominan yang mempengaruhi angka deflasi. Analisis yang lebih mendalam diperlukan untuk mengevaluasi dampak jangka panjang dari kebijakan ini dan tren perekonomian Indonesia ke depan. Perlu diperhatikan pula bahwa meskipun komponen inti IHK menunjukkan inflasi, tidak bisa serta merta diartikan sebagai indikator kuat penurunan daya beli tanpa memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga dan konsumsi.