Perjuangan Misringah: Nenek 90 Tahun Asal Ponorogo Wujudkan Mimpi Naik Haji Berkat Ketekunan Memungut Asam Jawa
Di usianya yang senja, semangat Misringah, seorang wanita berusia 90 tahun asal Desa Gandukepuh, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, patut diacungi jempol. Dengan langkah yang tidak lagi secepat dulu, namun tetap tegap dengan bantuan tongkat, Mbah Misringah siap mewujudkan impiannya untuk menunaikan ibadah haji.
Mbah Misringah menjadi calon jemaah haji tertua dari Ponorogo yang akan berangkat ke Tanah Suci pada 16 Mei 2025. Kebahagiaan terpancar jelas dari wajahnya saat menerima kunjungan sejumlah wartawan di kediamannya. Nenek yang memiliki 17 cicit ini mengungkapkan rasa syukur dan bahagianya atas kesempatan yang diberikan untuk mengunjungi Baitullah. Ia memohon doa agar diberikan kesehatan dan kelancaran selama menjalankan ibadah haji.
Di balik semangatnya yang membara, tersimpan kisah perjuangan panjang Mbah Misringah untuk mengumpulkan biaya haji. Sejak muda, ia telah bekerja keras dengan berbagai pekerjaan serabutan, mulai dari berjualan beras dan kedelai. Bahkan hingga usia senjanya, ia tetap giat bekerja mencari rezeki dengan memungut asam jawa yang berjatuhan di kebun belakang rumahnya.
Ketekunan Mbah Misringah dalam mengumpulkan asam jawa inilah yang menjadi jalan baginya untuk mewujudkan impiannya. Setiap hari, ia mengumpulkan asam jawa yang kemudian dijual ke pasar terdekat. Hasil penjualan tersebut ia tabung sedikit demi sedikit. Ketika tabungannya sudah cukup banyak, ia membelikan emas sebagai investasi.
"Sedikit-sedikit saya sisihkan, kalau sudah ngumpul banyak tak belikan emas," ungkap Mbah Misringah dengan bahasa Jawa.
Selama hampir 50 tahun, Mbah Misringah dengan sabar mengumpulkan uang dari hasil memungut asam jawa dan membelikannya emas. Dari hasil ketekunannya tersebut, ia berhasil mengumpulkan perhiasan seperti cincin dan bros.
Setelah sang suami meninggal dunia, anak-anak Mbah Misringah bertanya apakah ia ingin menunaikan ibadah haji. Tanpa ragu, Mbah Misringah menjawab dengan mantap bahwa ia sangat ingin pergi haji. Akhirnya, ia memutuskan untuk menjual seluruh perhiasan emasnya, kecuali sebuah cincin kenangan.
"Setelah bapak meninggal, kami bertanya apakah ibu mau naik haji? Beliau bilang mau. Akhirnya ibu mau jual emas perhiasannya," tutur Mujiati, putri Mbah Misringah yang akan mendampinginya selama ibadah haji.
Namun, hasil penjualan perhiasan tersebut ternyata hanya cukup untuk biaya pendaftaran haji. Untuk menutupi kekurangan biaya, ketujuh anak Mbah Misringah bergotong royong menyumbang agar ibunda tercinta dapat mewujudkan impiannya.
Melihat semangat ibunya yang begitu besar, Mujiati meminta Mbah Misringah untuk berhenti bekerja di kebun dan fokus mempersiapkan kesehatan menjelang keberangkatan ke Tanah Suci.
"Di kebun masih aktif, ya cabut rumput, memungut asam jawa dari bawah pohon. Saya larang ibu bekerja lagi sejak dipastikan bisa berangkat haji tahun ini. Doakan sehat selalu mulai berangkat sampai pulang kembali," pungkas Mujiati.
Kisah Mbah Misringah ini menjadi inspirasi bagi kita semua tentang ketekunan, kerja keras, dan keyakinan untuk meraih impian. Di balik keterbatasan usia dan kondisi fisik, terdapat semangat yang membara untuk mewujudkan cita-cita mulia.
Semoga Mbah Misringah diberikan kesehatan dan kelancaran dalam menjalankan ibadah haji, serta kembali ke tanah air dengan selamat dan membawa keberkahan bagi keluarga dan lingkungannya.
Berikut adalah daftar kata kunci penting yang terdapat dalam berita ini:
- Mbah Misringah
- Calon Jemaah Haji
- Ponorogo
- Asam Jawa
- Ketekunan
- Emas
- Ibadah Haji
- Mujiati
- Gandukepuh
- Sukorejo