Klarifikasi Dua Guru Besar Terkait Dugaan Plagiarisme Disertasi Menteri Bahlil

Klarifikasi Dua Guru Besar Terkait Dugaan Plagiarisme Disertasi Menteri Bahlil

Baru-baru ini, publik dihebohkan oleh isu dugaan plagiarisme dalam disertasi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bapak Bahlil Lahadalia. Beredar klaim yang menyebutkan adanya kesamaan teks hingga 95 persen dalam disertasi tersebut, memicu kontroversi dan pertanyaan mengenai integritas proses akademik yang dilalui. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tempat disertasi tersebut diuji, turut menjadi sorotan dalam polemik ini. Namun, dua guru besar dari perguruan tinggi terkemuka telah memberikan klarifikasi untuk meluruskan kesalahpahaman yang beredar.

Profesor Maila Dinia Husni Rahiem dari UIN Jakarta menjelaskan kronologi peristiwa yang berujung pada munculnya angka kesamaan yang tinggi tersebut. Beliau menuturkan bahwa permasalahan berawal dari pemeriksaan keaslian disertasi Menteri Bahlil oleh seorang mahasiswa doktoral dan dosen UIN Jakarta menggunakan platform Turnitin. Pemeriksaan awal menunjukkan tingkat kesamaan hanya 13 persen, jauh di bawah ambang batas plagiarisme yang umumnya ditetapkan antara 15 hingga 30 persen, tergantung kebijakan masing-masing perguruan tinggi. Namun, kegagalan menghapus dokumen dari repositori Turnitin kampus menjadi titik krusial.

Pemeriksaan selanjutnya justru menghasilkan angka kesamaan 100 persen. Hal ini disebabkan karena dokumen disertasi telah tersimpan dalam database Turnitin sebagai dokumen resmi. Kondisi ini, menurut Profesor Maila, menimbulkan persepsi yang keliru mengenai adanya plagiarisme, padahal angka kesamaan awal yang hanya 13 persen menunjukkan tidak adanya indikasi pelanggaran akademis yang signifikan. Profesor Maila menekankan bahwa penggunaan Turnitin, sebuah layanan deteksi kesamaan teks yang populer di kalangan peneliti global, harus diimbangi dengan pemahaman yang tepat terhadap mekanisme kerjanya.

Senada dengan Profesor Maila, Profesor Dedeh Fardiah, Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (Unisba), memberikan penjelasan terkait interpretasi angka kesamaan tinggi dalam Turnitin. Beliau menegaskan bahwa angka kesamaan yang tinggi tidak otomatis menandakan adanya plagiarisme. Profesor Dedeh memberikan contoh skenario yang dapat menghasilkan angka kesamaan tinggi meskipun tidak ada niat untuk melakukan plagiarisme. Salah satunya adalah saat penulis mengirimkan naskah ke jurnal, namun ditolak. Kemudian naskah tersebut dikirim ke jurnal lain, dan jika naskah tersebut masih tersimpan di database jurnal pertama, maka pemeriksaan dengan Turnitin akan menunjukkan angka kesamaan yang tinggi. Hal serupa dapat terjadi pada kasus auto-plagiarism atau self-plagiarism, di mana mahasiswa menggunakan sebagian besar teks dari disertasinya dalam publikasi lain tanpa melakukan parafrase yang memadai.

Kedua guru besar sepakat bahwa dalam kasus Menteri Bahlil, angka kesamaan 13 persen dalam pemeriksaan awal menunjukkan tidak adanya indikasi plagiarisme. Profesor Maila menyarankan agar untuk menghindari kesalahan interpretasi, pengecekan di Turnitin dilakukan dengan pengaturan “no repository”, sehingga file tidak tersimpan permanen dan tidak memengaruhi hasil pemeriksaan di masa mendatang. Kesimpulannya, berdasarkan penjelasan dari kedua ahli ini, dugaan plagiarisme terhadap disertasi Menteri Bahlil perlu dikaji ulang dan dipertimbangkan secara lebih holistik, dengan memperhatikan konteks dan prosedur yang telah dilalui dalam proses penulisan dan pemeriksaan disertasi tersebut. Kehati-hatian dalam menafsirkan hasil Turnitin dan pemahaman mendalam terhadap mekanisme platform tersebut sangat penting untuk mencegah kesalahpahaman dan memastikan integritas proses akademik.