Ketegangan India-Pakistan Meningkat: Modi Ancam Hentikan Aliran Air Lintas Batas

Ketegangan antara India dan Pakistan kembali memanas setelah Perdana Menteri India, Narendra Modi, mengumumkan rencana untuk menghentikan aliran air dari India yang selama ini melintasi perbatasan menuju Pakistan. Pernyataan ini muncul beberapa hari setelah India menangguhkan perjanjian pengelolaan air utama dengan Pakistan, sebuah langkah yang berpotensi memperburuk hubungan kedua negara.

"Dulu air India mengalir ke luar, sekarang akan mengalir untuk India," tegas Modi dalam pidatonya di New Delhi. Ia menambahkan, "Air India akan dihentikan untuk kepentingan India, dan akan digunakan untuk India."

Pakistan telah memperingatkan bahwa tindakan yang merusak aliran sungai dapat dianggap sebagai "tindakan perang". Meskipun Modi tidak secara eksplisit menyebut Islamabad, pidatonya menyusul keputusan New Delhi untuk menangguhkan Perjanjian Perairan Indus yang berusia 65 tahun. Perjanjian ini mengatur pembagian air dari sungai-sungai Indus, yang sangat penting bagi Pakistan yang memiliki iklim kering untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan pertanian.

New Delhi menuduh Islamabad mendukung serangan mematikan terhadap wisatawan di wilayah Kashmir yang disengketakan bulan lalu, yang memicu serangkaian ancaman dan tindakan diplomatik balasan. Pakistan membantah tuduhan tersebut, dan kedua belah pihak terlibat baku tembak setiap malam sejak 24 April di sepanjang Garis Kontrol yang dimiliterisasi, perbatasan de facto di Kashmir.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya ketegangan antara kedua negara. Ia menyebut hubungan India-Pakistan telah mencapai "titik didih", dan mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri secara maksimal dan menghindari eskalasi konflik.

Islamabad menuduh India mengubah aliran Sungai Chenab, salah satu dari tiga sungai yang berada di bawah kendali Pakistan berdasarkan perjanjian yang ditangguhkan. Kazim Pirzada, menteri irigasi untuk provinsi Punjab Pakistan, mengatakan bahwa pihaknya telah mengamati perubahan aliran sungai yang tidak alami. Punjab, yang berbatasan dengan India dan merupakan rumah bagi hampir setengah dari 240 juta warga Pakistan, adalah pusat pertanian negara itu. Pirzada memperingatkan bahwa dampak dari perubahan aliran sungai akan sangat dirasakan di daerah-daerah yang memiliki sedikit alternatif sumber air.

Menurut laporan dari Institut Jinnah, sebuah lembaga pemikir yang dipimpin oleh mantan menteri perubahan iklim Pakistan, sejumlah besar air dari India dilaporkan dialihkan pada tanggal 26 April di Kashmir yang dikelola Pakistan. Pirzada menyatakan bahwa tindakan ini dilakukan untuk mencegah Pakistan memanfaatkan air tersebut.

Sungai Indus merupakan salah satu sungai terpanjang di Asia, yang melintasi wilayah Kashmir yang mayoritas penduduknya Muslim, wilayah Himalaya yang diklaim sepenuhnya oleh India dan Pakistan.

Modi, seorang nasionalis Hindu, sebelumnya juga pernah mengancam akan menggunakan air sebagai senjata pada tahun 2016 setelah serangan di Kashmir yang dikelola India. Saat itu, ia mengatakan bahwa "darah dan air tidak dapat mengalir bersama."

Namun, India juga merupakan negara hilir bagi China, yang mengendalikan hulu sungai Tibet di Brahmaputra, sungai besar yang menjadi sumber air penting bagi timur laut India, sebelum mengalir ke Bangladesh.

Daftar Poin Penting:

  • Ancaman India untuk menghentikan aliran air ke Pakistan
  • Penangguhan Perjanjian Perairan Indus
  • Tuduhan Pakistan terhadap India terkait perubahan aliran Sungai Chenab
  • Peringatan PBB tentang meningkatnya ketegangan
  • Implikasi bagi sektor pertanian di Pakistan
  • Klaim India atas Kashmir dan tuduhan dukungan terhadap serangan teroris
  • Peran China sebagai negara hulu Sungai Brahmaputra