Ancaman Erosi Kekayaan Kelas Menengah Amerika Serikat: Analisis Sepuluh Faktor Penentu

Ancaman Erosi Kekayaan Kelas Menengah Amerika Serikat: Analisis Sepuluh Faktor Penentu

Kelas menengah Amerika Serikat, pilar ekonomi negara tersebut, tengah menghadapi badai finansial yang mengancam stabilitas ekonomi rumah tangga. Tahun 2025 menandai titik kritis di mana erosi kekayaan kelas menengah semakin mengkhawatirkan. Berbagai faktor ekonomi, kebijakan, dan isu struktural saling berkelindan, mempercepat penurunan daya beli dan kemampuan akumulasi aset. Laporan terbaru dari New Trade U mengungkap sepuluh faktor utama yang menjadi penyebab utama permasalahan ini:

  1. Inflasi Menggerus Daya Beli: Inflasi yang melampaui pertumbuhan upah menjadi momok utama. Pada 2024, inflasi mencapai 3-4 persen, sementara pertumbuhan upah pekerja kelas menengah hanya sekitar 2 persen. Kesenjangan ini mengakibatkan penurunan daya beli yang signifikan. Kenaikan harga kebutuhan pokok, seperti makanan dan energi, semakin memperparah situasi. Contohnya, lonjakan harga telur hingga 53 persen menjadi beban tambahan yang signifikan.

  2. Stagnasi Pertumbuhan Upah: Meskipun produktivitas meningkat, upah riil pekerja kelas menengah hanya naik kurang dari 0,5 persen per tahun dalam dekade terakhir. Ketidakseimbangan antara produktivitas dan upah ini menghambat kemampuan menabung dan berinvestasi, menciptakan ketidakpastian ekonomi jangka panjang. Kebijakan Federal Reserve yang berfokus pada pengendalian inflasi sering kali mengorbankan pertumbuhan upah, memperburuk kondisi ekonomi kelas menengah.

  3. Kenaikan Biaya Perumahan yang Melambung: Harga rumah dan sewa yang meroket membuat kepemilikan rumah semakin sulit dijangkau. Kenaikan harga hingga 20-25 persen dalam tiga tahun terakhir di wilayah metropolitan memaksa keluarga mengalokasikan porsi besar pendapatan untuk perumahan, mengurangi dana untuk kebutuhan lainnya. Di beberapa negara bagian, seperti Florida, harga rumah dan sewa telah mencapai angka yang fantastis, menciptakan hambatan besar bagi stabilitas keuangan.

  4. Biaya Kesehatan yang Tak Terkendali: Biaya perawatan kesehatan, termasuk premi asuransi dan biaya pengobatan, terus meningkat pesat. Premi asuransi kesehatan keluarga rata-rata mencapai US$23.968 pada 2023, naik 7 persen dari tahun sebelumnya. Beban ini semakin berat bagi keluarga tanpa asuransi kesehatan dari perusahaan, memperburuk tekanan finansial dan mengurangi kemampuan menabung.

  5. Beban Pendidikan yang Memberatkan: Biaya pendidikan tinggi yang meningkat lebih cepat daripada inflasi membuat kuliah semakin mahal. Utang mahasiswa telah melampaui US$1,7 triliun pada 2025, menunda pencapaian keuangan penting seperti kepemilikan rumah dan tabungan pensiun. Hal ini membatasi mobilitas ekonomi dan akumulasi kekayaan jangka panjang.

  6. Minimnya Tabungan Darurat: Banyak rumah tangga kelas menengah kekurangan tabungan darurat. Hampir 60 persen orang Amerika tidak memiliki dana cukup untuk menghadapi keadaan darurat finansial pada 2025. Ketidakamanan ini mendorong ketergantungan pada kredit, memperburuk tekanan keuangan dan meningkatkan risiko jebakan utang.

  7. Beban Utang yang Menumpuk: Meningkatnya biaya hidup dan stagnasi upah memaksa banyak keluarga bergantung pada kredit. Total utang konsumen mencapai US$18 triliun pada 2025, dengan pembayaran bunga yang tinggi mengurangi pendapatan dan membatasi peluang membangun kekayaan. Siklus utang ini sulit diputus dan memperburuk kesulitan finansial.

  8. Biaya Teknologi dan Langganan yang Meningkat: Layanan digital seperti ponsel pintar, internet, dan streaming membengkakkan pengeluaran rumah tangga. Rata-rata, rumah tangga menghabiskan US$273 per bulan untuk layanan ini, mengurangi dana untuk tabungan atau investasi. Biaya ini merupakan beban tersembunyi yang secara bertahap mengikis stabilitas finansial.

  9. Penundaan Pensiun: Kurangnya tabungan dan harapan hidup yang lebih panjang memaksa banyak pekerja menunda pensiun. Hampir 40 persen pekerja kelas menengah berharap pensiun setelah usia 67 tahun, meningkatkan biaya perawatan kesehatan dan mengurangi kualitas hidup. Hal ini menciptakan siklus tekanan finansial yang sulit diatasi.

  10. Polarisasi Pasar Kerja: Teknologi dan globalisasi telah mengurangi jumlah pekerjaan dengan keterampilan menengah, menciptakan polarisasi di pasar kerja. Penurunan pekerjaan berketerampilan menengah sebesar 15 persen sejak tahun 2000 memaksa banyak pekerja beralih ke pekerjaan bergaji lebih rendah atau pekerjaan lepas yang tidak stabil, mempercepat kehilangan kekayaan.

Kesimpulannya, kelas menengah Amerika Serikat menghadapi tantangan serius yang membutuhkan solusi komprehensif. Mengatasi isu-isu ini memerlukan kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan individu untuk menciptakan kebijakan yang lebih inklusif dan berkelanjutan yang menjamin stabilitas ekonomi kelas menengah.