Stigma Tawuran Manggarai Ancam Peluang Magang Siswa SMK
Mimpi Magang di Hotel Bintang Lima Hampir Pupus Akibat Stigma Tawuran Manggarai
Jakarta, Indonesia – Friska Dwi Miranti, seorang siswi SMK berusia 18 tahun, nyaris kehilangan kesempatan emas untuk magang di sebuah hotel berbintang di Jakarta. Hal ini disebabkan oleh stigma negatif yang melekat pada wilayah tempat tinggalnya, Manggarai, Jakarta Selatan, yang dikenal rawan tawuran.
Friska, yang merupakan warga RW 07 Manggarai, mengungkapkan kekecewaannya atas dampak buruk tawuran yang kerap terjadi di wilayahnya. "Saya sangat dirugikan. Sebagai warga Manggarai yang tidak tahu apa-apa, saya ikut terkena imbasnya," ujarnya.
Kisah Friska bermula saat proses wawancara magang di hotel tersebut. Saat ditanya mengenai tempat tinggalnya, Friska menjawab bahwa ia berasal dari Manggarai, tepatnya Kampung Balimatraman. Sontak, respon dari pihak Human Resource Development (HRD) hotel tersebut membuatnya terkejut.
"Saat saya menyebut Manggarai, HRD tersebut langsung menyinggung soal tawuran. Dia bertanya, 'Oh, Manggarai yang sering tawuran itu ya?'" kenang Friska. Mendengar pertanyaan tersebut, Friska merasa terpukul dan berusaha membela diri. Ia menjelaskan bahwa rumahnya berada di Jalan Dokter Saharjo, yang relatif jauh dari lokasi rawan tawuran di sekitar Stasiun Manggarai.
Setelah wawancara, Friska diliputi kecemasan. Ia khawatir kesempatan magangnya akan sirna hanya karena stigma negatif yang melekat pada wilayahnya. Untungnya, meskipun sempat melontarkan pertanyaan bernada stigma, pihak HRD akhirnya memberikan Friska kesempatan untuk magang di hotel tersebut.
Kasus yang dialami Friska ini menambah daftar panjang dampak negatif dari aksi tawuran yang kerap terjadi di Manggarai. Sebelumnya, seorang tukang parkir berinisial MLF (24) menjadi korban pembacokan dalam tawuran antarwarga pada Minggu (4/5/2025) malam. Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan, Kompol Murodih, menjelaskan bahwa MLF merupakan warga Manggarai yang bekerja sebagai tukang parkir di sekitar Stasiun Manggarai.
Menurut keterangan polisi, MLF mendekati kerumunan warga yang sedang berseteru karena merasa penasaran. Namun, nahas, ia justru menjadi korban dalam peristiwa tersebut.
Tawuran di Manggarai kembali pecah pada Selasa (6/5/2025). Aksi saling ejek, baik secara langsung maupun melalui media sosial, menjadi pemicu utama bentrokan antarwarga.
Kasus yang dialami Friska menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya memerangi stigma negatif terhadap suatu wilayah. Tawuran tidak hanya merugikan pelaku dan korban, tetapi juga mencoreng nama baik wilayah dan menghambat peluang bagi warganya untuk meraih masa depan yang lebih baik.
Dampak Tawuran Lebih Luas dari Sekadar Korban Fisik
Peristiwa yang menimpa Friska menjadi contoh nyata bagaimana stigma negatif akibat tawuran dapat merugikan individu secara personal dan profesional. Meskipun akhirnya Friska mendapatkan kesempatan magang, kecemasan dan kekhawatiran yang dialaminya selama proses wawancara menunjukkan betapa besar dampak psikologis dari stigma tersebut.
Selain itu, kasus ini juga menyoroti perlunya upaya bersama dari berbagai pihak untuk mengatasi masalah tawuran di Manggarai. Pemerintah daerah, aparat kepolisian, tokoh masyarakat, dan seluruh warga Manggarai harus bersinergi untuk menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi perkembangan generasi muda.
Pencegahan tawuran harus dilakukan secara komprehensif, mulai dari pembinaan mental dan karakter remaja, peningkatan kesadaran hukum, hingga penyediaan lapangan kerja dan kegiatan positif bagi masyarakat.
Hanya dengan upaya bersama, stigma negatif terhadap Manggarai dapat dihilangkan dan peluang bagi warganya untuk meraih masa depan yang lebih baik dapat terbuka lebar.
Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:
- Pentingnya memerangi stigma negatif: Stigma dapat merugikan individu dan wilayah secara keseluruhan.
- Perlunya upaya bersama: Mengatasi tawuran membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak.
- Pencegahan yang komprehensif: Pencegahan tawuran harus dilakukan secara holistik, meliputi berbagai aspek.
- Menciptakan lingkungan yang kondusif: Lingkungan yang aman dan kondusif sangat penting bagi perkembangan generasi muda.