Ancaman Blokade China: Seberapa Tangguh Ketahanan Energi Taiwan?

Ancaman Blokade China: Seberapa Tangguh Ketahanan Energi Taiwan?

Ketegangan di Selat Taiwan terus meningkat, dengan latihan militer China yang semakin intensif memicu kekhawatiran serius tentang keamanan energi pulau tersebut. Posisi geografis Taiwan yang strategis, namun rentan, menjadikannya sangat bergantung pada impor energi, khususnya Gas Alam Cair (LNG). Ketergantungan ini menimbulkan kerentanan signifikan terhadap potensi blokade maritim oleh China.

Profesor Diplomasi dan Hubungan Internasional dari Universitas Tamkang, James Yifan Chen, menekankan bahwa energi akan menjadi target utama Beijing jika terjadi blokade atau invasi. Simulasi operasi blokade yang dilakukan militer China baru-baru ini, termasuk serangan langsung terhadap pelabuhan dan fasilitas energi, memperjelas potensi ancaman tersebut. Chen menggambarkan skenario di mana kapal LNG akan kesulitan berlabuh, menyebabkan kelangkaan energi dan air, serta melumpuhkan komunikasi dan operasi militer.

Analisis Ketahanan Energi Taiwan

Perdebatan mengenai seberapa lama Taiwan dapat mempertahankan pasokan energinya dalam skenario blokade bervariasi di antara para ahli. Menteri Pertahanan Nasional Taiwan sebelumnya memperkirakan bahwa pulau itu dapat bertahan selama dua minggu jika persiapan yang memadai dilakukan. Namun, Chia-wei Chao dari Taiwan Climate Action Network (TCAN) berpendapat bahwa perkiraan ini tidak realistis, karena konsumsi energi akan menurun drastis selama blokade. Chao memperkirakan cadangan gas dapat bertahan hingga 30 hari setelah tahun 2030, dan 28 hari saat ini dengan asumsi permintaan energi yang lebih rendah.

Tsaiying Lu dari Taiwan's Research Institute for Democracy, Society, and Emerging Technology (DSET) bahkan lebih optimis, memperkirakan cadangan LNG dapat bertahan setidaknya 40 hari. Perkiraan ini didasarkan pada pola pasokan energi selama periode konsumsi rendah, seperti hari kedua Tahun Baru Imlek. Lu menjelaskan bahwa pembangkit listrik tenaga batu bara akan menjadi tulang punggung pasokan energi, diikuti oleh turbin gas untuk menutupi penurunan tenaga surya pada malam hari. Pembatasan pasokan listrik untuk sektor industri tertentu juga dapat memperpanjang cadangan energi.

Peran Energi Terbarukan dan Nuklir

Chao menyoroti pentingnya pengembangan energi hijau sebagai bagian dari strategi keamanan nasional Taiwan. Ia menekankan bahwa tenaga surya dan penyimpanan energi harus menjadi prioritas utama karena panel surya dapat dipindahkan. Pemerintah Taiwan memiliki target untuk menghasilkan 20% energi listrik dari sumber terbarukan pada akhir tahun 2025, sebagai bagian dari komitmen untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050. Namun, saat ini, hanya sekitar 12% energi domestik Taiwan yang berasal dari sumber terbarukan.

Dalam konteks ini, muncul seruan untuk menghidupkan kembali program pembangkit energi nuklir yang kontroversial. Meskipun Taiwan akan menutup reaktor nuklir terakhirnya pada bulan Mei sebagai bagian dari kebijakan "tanah air bebas nuklir", Chen dari Universitas Tamkang percaya bahwa tenaga nuklir dapat menjadi kunci bagi ketahanan energi pulau itu. Partai oposisi utama Taiwan, Kuomintang (KMT), juga mendukung perpanjangan umur pembangkit nuklir. Meskipun demikian, Lu menekankan bahwa pembangkit nuklir juga rentan dalam masa perang, seperti yang terlihat dalam invasi Rusia ke Ukraina.

Tantangan dan Strategi Alternatif

Ketergantungan Taiwan pada impor energi dan isolasi diplomatiknya menimbulkan tantangan unik dalam menghadapi potensi blokade China. Namun, pulau itu memiliki beberapa opsi untuk meningkatkan ketahanan energinya, termasuk:

  • Diversifikasi Sumber Energi: Mengurangi ketergantungan pada LNG dan meningkatkan investasi dalam sumber energi terbarukan.
  • Peningkatan Kapasitas Penyimpanan: Memperluas kapasitas penyimpanan energi untuk memastikan pasokan yang stabil selama periode gangguan.
  • Kerja Sama Internasional: Memperkuat hubungan dengan negara-negara sahabat untuk mendapatkan dukungan dalam hal pasokan energi dan bantuan kemanusiaan.
  • Efisiensi Energi: Menerapkan kebijakan efisiensi energi untuk mengurangi konsumsi secara keseluruhan.

Dengan mengambil langkah-langkah ini, Taiwan dapat secara signifikan meningkatkan ketahanan energinya dan mengurangi kerentanannya terhadap potensi blokade China. Masa depan keamanan energi Taiwan sangat bergantung pada kemampuan pulau itu untuk beradaptasi dan berinovasi dalam menghadapi tantangan geopolitik yang kompleks.