Setelah Ditolak AS, Produk Murah China Berpotensi Banjiri Pasar Eropa

Amerika Serikat memperketat aturan impor dan menutup celah bebas bea, yang membuat para pelaku e-commerce raksasa asal China seperti Temu dan Shein mengubah strategi ekspansi mereka. Eropa kini menjadi target utama, memunculkan kekhawatiran akan serbuan produk murah yang dapat mengganggu pasar dan membahayakan konsumen.

Sebelumnya, model bisnis Temu dan Shein sangat bergantung pada aturan de minimis di AS, yang membebaskan barang-barang dengan nilai di bawah $800 dari tarif impor. Pada tahun 2024, sebanyak 1,36 miliar kiriman tiba di AS melalui aturan ini, melonjak drastis dari 153 juta kiriman pada tahun 2015. Namun, perubahan kebijakan AS membuat barang-barang dari platform tersebut kini dikenakan tarif yang signifikan, menggerus margin keuntungan mereka dan membuat harga menjadi tidak kompetitif.

Akibatnya, kedua perusahaan raksasa e-commerce tersebut kini melirik Eropa, di mana aturan de minimis Uni Eropa masih berlaku, meskipun dengan batasan yang lebih rendah, yaitu €150 (sekitar Rp2,8 juta). Pada tahun 2024, sebanyak 4,6 miliar paket berharga murah membanjiri pasar Uni Eropa, dua kali lipat dari tahun 2023 dan tiga kali lipat dari tahun 2022. Dari jumlah tersebut, 91% berasal dari China.

Banjir barang murah ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengecer Eropa, yang sudah terbebani oleh biaya tenaga kerja, rantai pasokan, dan biaya kepatuhan yang lebih tinggi. Mereka juga tidak mendapatkan keuntungan dari tarif pos internasional yang menguntungkan seperti yang dinikmati oleh pesaing mereka dari China. Komisi Eropa sebenarnya telah mengusulkan penghapusan pengecualian de minimis Uni Eropa sejak dua tahun lalu, namun rencana ini masih menunggu persetujuan dari 27 negara anggota Uni Eropa dan Parlemen Eropa, dan diperkirakan tidak akan disetujui sebelum tahun 2027.

Penundaan ini membuat perusahaan-perusahaan Eropa semakin rentan terhadap persaingan ketat dari China, tidak hanya di sektor e-commerce, tetapi juga di sektor lain seperti panel surya dan kendaraan listrik. Bahkan, tarif yang diberlakukan AS terhadap produk China semakin mendorong produsen China untuk mengalihkan fokus mereka ke pasar Eropa.

Selain ancaman terhadap profitabilitas dan lapangan kerja, banjir barang murah dari China juga menimbulkan masalah serius terkait keamanan produk. Organisasi konsumen Eropa, BEUC, telah mengumpulkan bukti tentang barang-barang China yang gagal memenuhi standar keamanan Uni Eropa, mulai dari kosmetik yang mengandung racun hingga mainan dan peralatan rumah tangga yang rusak. Mereka menyerukan tindakan tegas untuk mengatasi masuknya produk-produk tidak aman ke Eropa melalui paket-paket kecil yang sering dibeli di platform seperti Temu.

Komisi Eropa telah berjanji untuk memberlakukan kontrol yang lebih ketat terhadap platform ritel China untuk mencegah masuknya produk "tidak aman, palsu, atau bahkan berbahaya". Mereka juga menyerukan kepada para legislator Eropa untuk mengenakan biaya penanganan terhadap paket-paket dari China guna menutupi biaya kepatuhan yang terus meningkat. Banyak pembuat kebijakan yang ingin membuat platform-platform ini bertanggung jawab langsung atas penjualan produk berbahaya dan palsu.

Masalah lain yang semakin marak adalah penipuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Ada bukti bahwa penjual-penjual China seringkali mengurangi nilai barang agar bisa menghindari PPN, yang besarnya bervariasi antara 20-27% tergantung negara Uni Eropa. Kantor Antipenipuan Eropa (OLAF) dan pihak berwenang Polandia bahkan berhasil mengungkap skema penipuan PPN yang rumit dalam hal impor barang-barang China ke Uni Eropa.

Menghadapi situasi ini, beberapa negara Uni Eropa mulai mengambil tindakan sendiri. Pemerintah Prancis, misalnya, menyatakan akan meningkatkan pemeriksaan terhadap barang-barang bernilai rendah yang masuk ke negara tersebut. Barang-barang impor tersebut akan dianalisis untuk keamanan produk, standar pelabelan, dan standar lingkungan, dan Paris akan mengenakan biaya manajemen dengan tarif tetap untuk setiap paket.

Tantangan bagi pembuat kebijakan Eropa adalah bagaimana mengurangi penipuan, memastikan kepatuhan, dan menciptakan persaingan yang adil tanpa menghalangi konsumen untuk mendapatkan barang-barang murah dari pengecer China. Solusi yang tepat perlu ditemukan agar tidak merugikan industri Eropa maupun konsumen.