Indonesia Jadi Bidikan Utama Rekrutmen Sopir Bus di Jepang: Sistem Mengemudi Serupa dan Etos Kerja Unggul Jadi Daya Tarik

Gelombang baru peluang kerja menghampiri Indonesia, kali ini di sektor transportasi Jepang. Perusahaan-perusahaan otobus di Negeri Sakura kini gencar merekrut tenaga kerja dari Indonesia melalui program Specified Skilled Worker (SSW), sebuah inisiatif yang membuka pintu bagi tenaga asing untuk mengisi kekosongan di berbagai sektor industri Jepang.

Alasan di balik preferensi ini diungkapkan oleh Bowo Kristianto, Direktur Japan Indonesia Driving School (JIDS). Menurutnya, kesamaan sistem mengemudi antara Indonesia dan Jepang menjadi faktor penentu. Sistem setir kanan yang dianut Indonesia memberikan keuntungan signifikan bagi calon pekerja. Kondisi ini mempermudah adaptasi dan mempercepat proses sertifikasi mengemudi berstandar Jepang. Negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Filipina dan Vietnam, umumnya menggunakan sistem setir kiri, sehingga pekerja Indonesia memiliki keunggulan komparatif.

Lebih lanjut, Bowo menyoroti etos kerja pekerja Indonesia yang dinilai sangat positif oleh perusahaan-perusahaan Jepang. Kerajinan, kesopanan, dan kemampuan beradaptasi dengan budaya kerja Jepang menjadi nilai tambah yang dicari. Nilai-nilai ini selaras dengan budaya kerja Jepang yang menjunjung tinggi kedisiplinan dan dedikasi.

Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang, Muhammad Al Aula, mengamini hal ini. Menurutnya, pekerja Indonesia dinilai memiliki kemampuan untuk memahami dan menghormati nilai-nilai sosial serta budaya yang berlaku di Jepang. Hal ini menjadikan mereka sebagai aset berharga di pasar kerja Jepang.

Namun, dibalik optimisme tersebut, terdapat tantangan yang perlu diatasi. Ketua LPK Harajuku, Rawin, mengungkapkan bahwa beberapa perusahaan di Jepang menyampaikan keluhan terkait kinerja Pekerja Migran Indonesia (PMI). Salah satu masalah utama adalah kendala bahasa. Kemampuan berbahasa Jepang yang memadai sangat penting, bahkan untuk pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan teknis khusus. Kesalahpahaman akibat kendala bahasa dapat menyebabkan kesalahan dalam pekerjaan dan menghambat komunikasi.

Selain itu, kedisiplinan menjadi perhatian serius. Budaya Jepang sangat menjunjung tinggi ketepatan waktu dan kepatuhan terhadap aturan. Keterlambatan atau pelanggaran disiplin dapat berakibat fatal bagi pekerja, bahkan berujung pada pemulangan.

Terlepas dari tantangan tersebut, Bowo menegaskan bahwa peluang untuk menjadi sopir bus di Jepang masih sangat terbuka lebar. Sektor ini relatif baru bagi tenaga kerja Indonesia, dan Jepang sedang menghadapi kekurangan tenaga kerja di sektor transportasi akibat populasi yang menua dan kurangnya minat dari generasi muda lokal. Bahkan, usia bukanlah penghalang utama. Program SSW memungkinkan pekerja hingga usia 45 tahun, bahkan lebih, untuk mendaftar. Kesehatan jasmani dan pengalaman mengemudi yang relevan menjadi faktor penentu.

JIDS hadir sebagai solusi untuk menjembatani kesenjangan antara kebutuhan tenaga kerja di Jepang dan potensi yang dimiliki Indonesia. Sebagai sekolah pelatihan pengemudi pertama di luar Jepang, JIDS membekali calon pekerja dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk sukses di pasar kerja Jepang. Bekerjasama dengan LPK Hiro Karanganyar, JIDS berkomitmen untuk mengirimkan tenaga kerja Indonesia yang berkualitas dan siap kerja ke Jepang.

Daftar Poin Penting:

  • Kesamaan Sistem Mengemudi: Sistem setir kanan di Indonesia mempermudah adaptasi dengan sistem Jepang.
  • Etos Kerja Unggul: Pekerja Indonesia dikenal rajin, sopan, dan mudah beradaptasi.
  • Kendala Bahasa dan Disiplin: Kemampuan berbahasa Jepang dan kedisiplinan menjadi tantangan utama.
  • Peluang Besar: Sektor sopir bus di Jepang kekurangan tenaga kerja, membuka peluang bagi pekerja Indonesia.
  • Usia Bukan Penghalang: Program SSW memungkinkan pekerja hingga usia 45 tahun untuk mendaftar.