Antisipasi Gelombang Panas, BMKG Keluarkan Imbauan Hadapi Kemarau 2025

Gelombang panas diperkirakan akan melanda Indonesia pada musim kemarau tahun 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini dan imbauan kepada masyarakat untuk mengantisipasi dampak yang mungkin timbul.

Sejak April, sebagian wilayah Indonesia telah merasakan dampak musim kemarau, dan BMKG memperkirakan puncak kemarau akan terjadi pada bulan Agustus. Kondisi ini berpotensi menyebabkan peningkatan suhu udara yang signifikan dan memicu ketidaknyamanan termal bagi masyarakat.

Ketidaknyamanan termal adalah kondisi saat tubuh manusia kesulitan melepaskan panas ke lingkungan sekitar. Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti suhu udara yang tinggi, kelembapan udara yang tinggi, dan kurangnya sirkulasi udara. Kelembapan yang tinggi menghambat penguapan keringat, sehingga menyebabkan sensasi panas dan gerah yang dikenal dengan istilah 'sumuk'.

BMKG menggunakan Temperature Humidity Index (THI) sebagai indikator untuk mengukur tingkat ketidaknyamanan termal. THI memperhitungkan suhu udara dan kelembapan udara untuk memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kondisi termal suatu wilayah. Puncak nilai rata-rata maksimum THI diperkirakan terjadi pada bulan April-Mei dan Oktober, yaitu pada masa peralihan musim hujan ke kemarau dan musim kemarau ke hujan.

Di wilayah perkotaan seperti Jabodetabek, kenyamanan termal selama musim kemarau diperkirakan berada pada tingkat 'Agak Nyaman' hingga 'Tidak Nyaman'. Kondisi 'Tidak Nyaman' biasanya terjadi pada pukul 10.00 hingga 18.00 WIB, dengan indeks THI di atas 27°C. Sementara itu, kondisi 'Agak Nyaman' diperkirakan baru muncul pada pukul 19.00 hingga 23.00 WIB, dengan indeks THI di atas 25°C.

Untuk mengantisipasi dampak ketidaknyamanan termal selama musim kemarau 2025, BMKG memberikan sejumlah rekomendasi kepada masyarakat:

  • Kenakan pakaian yang longgar, terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat, dan berwarna cerah.
  • Konsumsi air putih minimal 2 liter per hari untuk menjaga hidrasi tubuh.
  • Perbanyak konsumsi buah dan sayuran yang mengandung banyak air.
  • Hindari aktivitas berat di luar ruangan, terutama pada pukul 10.00 hingga 16.00 WIB.
  • Gunakan topi, payung, dan tabir surya jika terpaksa beraktivitas di luar ruangan.

Selain imbauan kepada masyarakat, BMKG juga memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk mengambil langkah-langkah antisipasi, seperti:

  • Menambah dan merawat pohon peneduh di jalan-jalan, trotoar, taman kota, dan area publik.
  • Mengoptimalkan pemanfaatan ruang terbuka hijau (RTH) sebagai area resapan air dan penyejuk udara.
  • Membangun jalur pejalan kaki dan jalur sepeda yang teduh dan nyaman.
  • Menyediakan fasilitas shelter di ruang publik sebagai tempat beristirahat saat suhu udara tinggi.

Diharapkan dengan langkah-langkah antisipasi yang tepat, dampak negatif dari musim kemarau 2025 dapat diminimalkan. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan menjaga kesehatan selama musim kemarau.