Yanto Basna dan Rony Beroperay Ikuti Seleksi Beasiswa Prestisius FIFA Master Demi Kemajuan Sepak Bola Indonesia

Dua mantan pemain Tim Nasional Indonesia, Yanto Basna dan Rony Beroperay, menunjukkan komitmen mereka terhadap kemajuan sepak bola Indonesia dengan berpartisipasi dalam program beasiswa FIFA Master yang diselenggarakan oleh PSSI.

Kedua pemain tersebut termasuk di antara 105 peserta yang mengikuti seleksi ketat di Garuda Academy. Program ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengembangkan individu-individu berbakat yang berpotensi untuk menempuh pendidikan magister di bidang manajemen olahraga di Eropa dan Amerika Serikat, dengan harapan mereka dapat menjadi perwakilan Indonesia di program FIFA Master yang sangat bergengsi.

Kemitraan antara PSSI dan FIFA ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di industri olahraga, khususnya sepak bola. Saat ini, Indonesia hanya memiliki satu lulusan FIFA Master, yaitu Ratu Tisha Destria, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PSSI.

Yanto Basna, yang terakhir bermain untuk Persewar Waropen di Liga 2, mengungkapkan antusiasmenya terhadap program ini. "Saya dihubungi untuk mencoba program ini. Setelah saya pelajari, programnya bagus untuk ke depan. Sebagai atlet, saya jarang mendapatkan program seperti ini," ujarnya.

"Jadi, ketika ada kesempatan, saya pikir ini baik untuk saya ke depan. Banyak program di dalamnya, seperti dunia sepak bola, terus menjalankan roda di klub," tambahnya.

Rony Beroperay, yang sebelumnya bermain untuk Persipura Jayapura, juga menyampaikan pandangannya tentang pentingnya program ini. "Bagi saya, ini hal baru sebagai atlet profesional yang masih aktif. Kami secara praktik punya (pengalaman) di lapangan, tetapi untuk teori kami masih kurang," tuturnya.

"Teori ini yang kami butuhkan untuk menjadi bekal saat nanti tidak menjadi atlet lagi. Kami bisa kembangkan itu tidak hanya di daerah, tetapi juga bisa membantu negara," ucapnya.

Selain Yanto Basna dan Rony Beroperay, beberapa nama lain seperti Yabes Roni dan Greg Nwokolo juga turut serta dalam program ini. Bahkan, sejumlah mantan pemain basket juga ikut meramaikan seleksi ini.

PSSI berharap bahwa dengan adanya program ini, akan muncul lebih banyak lulusan FIFA Master yang dapat mengikuti jejak Ratu Tisha dan berkontribusi pada pengembangan sepak bola Indonesia di masa depan.

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menekankan pentingnya transformasi sumber daya manusia dalam upaya memajukan sepak bola Indonesia. "Transformasi (sepak bola) tidak akan sukses kalau manusianya tidak mau berubah. Tidak mau menjaga perubahan itu. Karena itu kita perlu membentuk karakter dan kapabilitas manusianya, makanya kami membangun yang namanya sport management ini bersama FIFA dan AFC, yaitu di bawah naungan Garuda Academy," kata Erick Thohir.

Proses seleksi akan dilakukan secara bertahap oleh FIFA dan AFC untuk menyaring peserta terbaik. Dari 105 peserta awal, akan dipilih 80 orang, kemudian 30 orang, hingga akhirnya hanya 10 orang yang akan mengikuti seleksi terakhir untuk mendapatkan beasiswa FIFA Master.

"FIFA Master itu adalah pendidikan tertinggi yang ada di modul FIFA, supaya kita punya pemimpin pengganti saya. Kan nanti kami tua juga. PSSI kan umurnya sudah 98 tahun. Lebih tua dari saya. Hari ini kita cuma punya satu FIFA Master, ibu Ratu Tisha," pungkas Erick Thohir.