IHSG Menguat, Rupiah Tertekan: Momentum Pasar di Tengah Volatilitas

Optimisme Pasar Saham Terusik Pelemahan Rupiah

Perdagangan hari Rabu (7/5/2025) diwarnai optimisme sekaligus kekhawatiran. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melanjutkan tren positifnya, mendekati level psikologis 7.000. Namun, di sisi lain, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS justru mengalami tekanan.

IHSG ditutup pada level 6.926,22, naik 0,41 persen atau 28,02 poin. Sepanjang sesi perdagangan, indeks saham ini menunjukkan pergerakan yang cukup dinamis. Setelah dibuka langsung melonjak ke area 6.970-an, IHSG terus berupaya menembus level 7.000. Meskipun sempat menyentuh level tertinggi di 6.970,50, IHSG belum mampu mempertahankan posisinya dan akhirnya terkoreksi sedikit menjelang penutupan. Level terendah yang dicapai IHSG pada hari ini adalah 6.909,96.

Sektor Tambang dan Energi Jadi Penopang

Kenaikan IHSG hari ini terutama didorong oleh kinerja positif saham-saham di sektor pertambangan dan energi. Saham Aneka Tambang (ANTM) melonjak 8,27 persen, mencapai level 2.750. Kenaikan signifikan juga dialami oleh Vale Indonesia (INCO), yang naik 7,55 persen ke level 2.850. Selain itu, saham Barito Pacific (BRPT) juga mencatat kenaikan signifikan sebesar 8,33 persen, berada di level 845.

Namun, laju IHSG juga tertahan oleh beberapa saham yang mengalami penurunan. Saham United Tractors (UNTR) menjadi pemberat utama dengan penurunan sebesar 4,92 persen ke level 21.750. Selain itu, saham Bank Syariah Indonesia (BRIS) juga terkoreksi 3,33 persen ke level 2.900, dan saham Telkom Indonesia (TLKM) turun 2,24 persen ke level 2.620.

Secara keseluruhan, data perdagangan menunjukkan bahwa terdapat 314 saham yang menguat, 271 saham yang melemah, dan 214 saham yang stagnan. Total nilai transaksi pada hari ini mencapai Rp 15,53 triliun dengan volume perdagangan sebanyak 24,40 miliar saham.

Pasar Regional Bervariasi

Pergerakan pasar saham di kawasan Asia juga menunjukkan variasi. Indeks Strait Times Singapura naik tipis 0,02 persen, sementara Shanghai Composite menguat 0,80 persen. Di sisi lain, Nikkei 225 Jepang justru turun 0,14 persen, sementara Hang Seng Hong Kong naik 0,13 persen.

Rupiah Tertekan Sentimen Global

Di pasar valuta asing, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami tekanan. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada level Rp 16.536 per dolar AS, melemah 0,53 persen dibandingkan penutupan sebelumnya. Data kurs tengah Jisdor Bank Indonesia juga menunjukkan pelemahan, dengan rupiah berada di level Rp 16.533 per dolar AS.

Pelemahan rupiah ini mengindikasikan adanya sentimen negatif terhadap mata uang Garuda. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi pelemahan rupiah antara lain:

  • Kekuatan Dolar AS: Dolar AS cenderung menguat terhadap mata uang lainnya karena ekspektasi kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve.
  • Ketidakpastian Global: Kondisi ekonomi global yang masih diwarnai ketidakpastian akibat konflik geopolitik dan perlambatan ekonomi di beberapa negara dapat memicu capital outflow dari negara-negara berkembang seperti Indonesia.
  • Sentimen Domestik: Sentimen negatif terhadap kondisi ekonomi dalam negeri juga dapat memicu pelemahan rupiah.

Dengan demikian, pasar keuangan Indonesia saat ini berada dalam situasi yang kompleks. Kenaikan IHSG mencerminkan optimisme investor terhadap prospek pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor-sektor tertentu. Namun, pelemahan rupiah menjadi perhatian tersendiri yang perlu diwaspadai. Pemerintah dan Bank Indonesia perlu terus memantau perkembangan pasar dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi.