Pembeli Lumpia di Malaysia Ajukan Keberatan atas Sapaan 'Bibi': Sebuah Refleksi Budaya dalam Interaksi Jual Beli

Keberatan Pelanggan terhadap Sapaan 'Bibi' di Kedai Lumpia Picu Diskusi Budaya

Sebuah video yang viral di media sosial TikTok memperlihatkan seorang pelanggan wanita di sebuah kedai lumpia di Shah Alam, Malaysia, menyampaikan keberatan atas sapaan 'Mak Cik' atau 'Bibi' yang digunakan oleh penjual. Insiden ini, yang terekam dalam unggahan akun @rosizwanarifin, memicu diskusi menarik tentang norma kesopanan, usia, dan preferensi dalam interaksi jual beli di Malaysia.

Dalam video tersebut, terlihat pelanggan wanita dengan sopan meminta agar penjual menggunakan sapaan yang lebih formal seperti 'Puan' (Nyonya) atau 'Tuan' (Tuan) daripada 'Mak Cik' (Bibi). Penjual, yang tampak terkejut namun tetap menghormati permintaan tersebut, hanya membalas dengan senyuman. Unggahan video ini kemudian memicu berbagai reaksi dari warganet Malaysia.

Insiden ini menyoroti sensitivitas budaya terkait dengan panggilan atau sapaan yang digunakan dalam interaksi sehari-hari. Di Malaysia, seperti di banyak negara Asia lainnya, usia dan status sosial sering kali menjadi pertimbangan penting dalam memilih sapaan yang tepat. Penggunaan sapaan yang dianggap kurang sopan atau merendahkan dapat dianggap sebagai pelanggaran etika sosial.

Ragam Sapaan di Malaysia: Antara Formalitas dan Keakraban

Malaysia memiliki beragam sapaan yang umum digunakan untuk menyapa orang lain, baik yang dikenal maupun tidak. Beberapa di antaranya termasuk:

  • Encik/Tuan: Sapaan formal untuk laki-laki.
  • Puan: Sapaan formal untuk perempuan.
  • Adik/Abang: Sapaan informal untuk saudara laki-laki (adik untuk yang lebih muda, abang untuk yang lebih tua).
  • Kak: Sapaan informal untuk saudara perempuan yang lebih tua.
  • Pak Cik/Mak Cik: Sapaan informal untuk paman/bibi (biasanya digunakan untuk orang yang lebih tua).

Pilihan sapaan yang tepat sering kali bergantung pada konteks situasi, usia, dan tingkat keakraban antara individu yang berinteraksi. Meskipun sapaan informal seperti 'Mak Cik' dapat diterima dalam banyak situasi, beberapa orang mungkin merasa tidak nyaman atau tersinggung jika disapa dengan cara ini, terutama jika mereka merasa masih muda atau tidak ingin diingatkan tentang usia mereka.

Reaksi Warganet: Pro dan Kontra

Reaksi warganet terhadap video viral ini terbagi menjadi dua kubu. Sebagian setuju dengan tindakan pelanggan wanita yang meminta sapaan yang lebih formal. Mereka berpendapat bahwa penting untuk menghormati preferensi individu dan menggunakan sapaan yang sopan, terutama dalam konteks bisnis.

Namun, ada juga yang berpendapat bahwa pelanggan tersebut terlalu sensitif. Mereka beranggapan bahwa sapaan 'Mak Cik' adalah hal yang wajar dan umum digunakan di Malaysia, dan tidak seharusnya dipermasalahkan. Beberapa bahkan menyarankan agar pelanggan tersebut memiliki selera humor yang lebih baik dan tidak terlalu memikirkan usia.

Terlepas dari perbedaan pendapat, insiden ini menjadi pengingat penting tentang pentingnya mempertimbangkan norma budaya dan preferensi individu dalam interaksi sehari-hari. Dalam konteks bisnis, khususnya, penting bagi para penjual untuk peka terhadap sensitivitas pelanggan dan menggunakan sapaan yang sesuai untuk menciptakan pengalaman yang positif dan menyenangkan.