Fenomena 'Ngiler' Melihat Makanan: Sebuah Penjelasan Ilmiah
Fenomena 'Ngiler' Melihat Makanan: Sebuah Penjelasan Ilmiah
Reaksi fisiologis berupa peningkatan produksi air liur atau saliva saat terpapar rangsangan visual, penciuman, atau bahkan pikiran tentang makanan lezat, merupakan fenomena yang umum dialami. Seringkali kita menyebutnya sebagai 'ngiler', sebuah respon otomatis yang ternyata memiliki penjelasan ilmiah yang menarik. Proses ini tidak hanya sekadar refleks sederhana, melainkan melibatkan interaksi kompleks antara sistem saraf, organ sensorik, dan sistem pencernaan.
Pertama, mari kita telaah peran air liur itu sendiri. Lebih dari sekadar cairan bening, saliva memiliki fungsi krusial dalam proses pencernaan. Komposisinya yang unik, yang meliputi enzim-enzim pencernaan seperti amilase, memungkinkan proses pencernaan karbohidrat dimulai bahkan sebelum makanan mencapai lambung. Selain itu, air liur juga berfungsi sebagai pelumas, memfasilitasi proses mengunyah dan menelan makanan, sekaligus berperan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulut dengan sifat antibakterinya. Air liur juga mengandung berbagai protein dan elektrolit yang penting bagi kesehatan tubuh.
Lalu, bagaimana mekanisme 'ngiler' ini terjadi? Prosesnya berawal dari organ sensorik kita, yaitu mata, hidung, dan bahkan otak. Saat kita melihat, mencium, atau bahkan membayangkan makanan yang menggugah selera, rangsangan tersebut ditangkap oleh reseptor sensorik dan diteruskan ke otak melalui jalur saraf. Bagian otak yang berperan penting dalam proses ini adalah medula oblongata, pusat kontrol utama sekresi saliva. Otak kemudian melepaskan neurotransmitter, seperti asetilkolin dan norepinefrin, yang bertindak sebagai pembawa pesan kimiawi yang merangsang kelenjar saliva untuk memproduksi air liur.
Kelenjar saliva sendiri tersebar di beberapa lokasi di dalam rongga mulut. Terdapat tiga pasang kelenjar saliva mayor: kelenjar parotid (dekat telinga), kelenjar submandibular (di bawah rahang bawah), dan kelenjar sublingual (di bawah lidah). Selain itu, terdapat ratusan kelenjar saliva minor yang tersebar di bibir, pipi, dan bagian lain dari rongga mulut. Kelenjar-kelenjar ini menghasilkan dua jenis saliva: saliva serosa, yang berupa cairan encer kaya enzim, dan saliva mukosa, yang lebih kental dan kaya mukus. Proporsi kedua jenis saliva ini bervariasi tergantung pada rangsangan yang diterima.
Kesimpulannya, 'ngiler' saat melihat makanan bukanlah sekadar reaksi sederhana, melainkan proses kompleks yang melibatkan interaksi antara sistem saraf, organ sensorik, dan sistem pencernaan. Proses ini menunjukkan betapa kompleks dan terintegrasi sistem tubuh kita dalam merespon stimulus lingkungan dan mempersiapkan tubuh untuk proses pencernaan makanan.
Jenis Air Liur:
- Saliva Serosa: Cairan encer, kaya enzim, terutama terlihat saat terpapar rangsangan makanan yang menggugah selera.
- Saliva Mukosa: Lebih kental, kaya mukus, berperan dalam pelumasan dan perlindungan rongga mulut.