Kematian Betsy Arakawa, Istri Gene Hackman, Ungkap Ancaman Mematikan Hantavirus di New Mexico

Kematian Betsy Arakawa dan Ancaman Hantavirus

Dunia perfilman berduka atas kepergian Betsy Arakawa, istri aktor kawakan Gene Hackman, yang meninggal dunia di New Mexico pada akhir Februari lalu akibat sindrom paru hantavirus, sebuah penyakit langka yang disebabkan oleh infeksi virus hanta. Kabar duka ini semakin diperparah dengan meninggalnya Gene Hackman beberapa hari kemudian karena penyakit jantung. Kematian Betsy menyoroti bahaya laten hantavirus, khususnya di wilayah New Mexico yang memiliki angka kejadian dan kematian tertinggi di Amerika Serikat. Selama bertahun-tahun, Arakawa aktif mendukung kesehatan suaminya, sering terlihat mengenakan masker dan mendorong Hackman untuk tetap aktif dengan berolahraga ringan seperti bersepeda dan yoga. Ironisnya, upaya pencegahan ini tak mampu menghindarkannya dari ancaman mematikan hantavirus.

Memahami Hantavirus dan Sindrom Paru Hantavirus

Hantavirus, yang umumnya ditularkan melalui kontak dengan hewan pengerat, khususnya tikus rusa di Amerika Serikat, merupakan ancaman serius yang perlu mendapat perhatian. Penularan terjadi melalui kontak dengan urine, kotoran, dan air liur hewan pengerat yang terinfeksi. Berbeda dengan beberapa virus lainnya, hantavirus belum diketahui menular antar manusia. Di Amerika Serikat dan wilayah barat lainnya, infeksi hantavirus seringkali memicu sindrom paru hantavirus (HPS), sebuah penyakit serius yang menyerang paru-paru. Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menunjukkan adanya 834 kasus HPS antara tahun 1993 hingga 2022, dengan New Mexico menjadi negara bagian dengan angka kasus dan kematian tertinggi, mencapai sekitar 41%. Virus Sin Nombre, merupakan jenis hantavirus yang paling umum ditemukan di wilayah Barat Daya Amerika Serikat. Perlu diingat bahwa pengobatan HPS masih terbatas, sehingga pencegahan melalui menghindari kontak dengan hewan pengerat dan tindakan pencegahan saat membersihkan area yang berpotensi terkontaminasi menjadi sangat penting.

Gejala, Pencegahan, dan Perawatan

Gejala HPS dapat muncul hingga dua bulan setelah paparan virus. Awalnya, gejala mungkin mirip dengan flu biasa, meliputi kelelahan, demam, dan nyeri otot. Namun, gejala dapat berkembang dengan cepat menjadi batuk, sesak napas, sakit kepala, pusing, menggigil, mual, dan gangguan pencernaan. Karena menyerang paru-paru, HPS dapat menyebabkan kesulitan bernapas yang serius, bahkan memerlukan bantuan pernapasan seperti intubasi. Tingkat kematian HPS cukup tinggi, dengan lebih dari sepertiga pasien yang mengalami gejala pernapasan meninggal dunia. Kemiripan gejala dengan flu biasa membuat diagnosis awal menjadi sulit, sehingga penting bagi tenaga medis untuk mempertimbangkan kemungkinan paparan hewan pengerat. CDC merekomendasikan pencarian perawatan medis segera jika dicurigai HPS karena perkembangan penyakit yang cepat. Setelah fase awal yang mirip flu (3-6 hari), pasien dapat memasuki fase kritis dengan penumpukan cairan di paru-paru, yang dapat menyebabkan kematian dalam waktu 24-48 jam tanpa perawatan medis yang tepat. Sayangnya, saat ini belum ada pengobatan khusus untuk infeksi hantavirus. Perawatan bersifat suportif, berfokus pada istirahat, hidrasi, dan pemberian oksigen tambahan.

Kesimpulan

Kematian Betsy Arakawa merupakan tragedi yang menyoroti bahaya hantavirus dan pentingnya kesadaran masyarakat akan penyakit ini. Pencegahan melalui menghindari kontak dengan hewan pengerat dan praktik kebersihan yang tepat tetap menjadi cara paling efektif untuk melindungi diri dari ancaman mematikan ini. Kasus ini juga menekankan perlunya peningkatan upaya kesehatan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan menyediakan sumber daya yang memadai untuk diagnosis dan pengobatan HPS, terutama di daerah dengan risiko tinggi seperti New Mexico.