Penurunan Populasi Udang Galah di Curiak Dipicu Kerusakan Mangrove dan Praktik Penangkapan Ilegal

Kondisi Memprihatinkan Populasi Udang Galah di Pulau Curiak

Pulau Curiak, yang terletak di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, menghadapi tantangan serius dalam menjaga populasi udang galahnya. Penurunan signifikan dalam jumlah udang galah telah menjadi perhatian utama, mengancam mata pencaharian masyarakat setempat dan keseimbangan ekosistem.

Dr. Amalia Rezeki, seorang ahli konservasi dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM), mengungkapkan kekhawatirannya tentang penurunan populasi udang galah dalam lima tahun terakhir. Hasil tangkapan nelayan semakin berkurang, yang berdampak langsung pada pendapatan mereka. Beberapa faktor utama penyebab masalah ini telah diidentifikasi, termasuk praktik penangkapan ilegal dan kerusakan hutan mangrove.

Praktik Penangkapan Ilegal dan Dampaknya

Salah satu penyebab utama penurunan populasi udang galah adalah praktik penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Beberapa nelayan, terutama mereka yang berasal dari luar desa, menggunakan metode ilegal seperti racun atau setrum untuk menangkap udang. Tindakan ini tidak hanya merusak populasi udang galah, tetapi juga membahayakan spesies air lainnya dan merusak ekosistem sungai secara keseluruhan.

Kerusakan Hutan Mangrove dan Peran Pentingnya

Selain praktik penangkapan ilegal, kerusakan hutan mangrove juga berkontribusi signifikan terhadap penurunan populasi udang galah. Hutan mangrove, khususnya pohon mangrove rambai, merupakan habitat penting bagi udang galah untuk berkembang biak. Akar pohon mangrove rambai menyediakan tempat yang aman bagi udang untuk bertelur dan tumbuh besar. Namun, eksploitasi berlebihan terhadap pohon mangrove rambai telah menyebabkan kerusakan habitat yang parah. Penebangan pohon mangrove untuk industri tutup botol dan bahan gabus bola bulutangkis telah menyebabkan banyak pohon meranggas dan mati.

Upaya Konservasi dan Restorasi

Menyadari pentingnya udang galah bagi masyarakat dan ekosistem, Dr. Amalia Rezeki dan timnya telah melakukan berbagai upaya konservasi dan restorasi. Salah satu inisiatif yang dilakukan adalah pelepasan kembali udang galah betina yang sedang bertelur. Udang-udang ini dibeli dari nelayan sebelum dijual ke pengepul, sehingga memberikan insentif bagi nelayan untuk tidak menangkap udang yang sedang bertelur.

Selain itu, upaya restorasi hutan mangrove juga menjadi fokus utama. Lebih dari 25.000 bibit mangrove rambai telah ditanam di Pulau Curiak, dengan harapan dapat memulihkan ekosistem dan menyediakan habitat yang cocok bagi udang galah dan spesies lainnya. Penanaman mangrove ini juga bermanfaat bagi populasi bekantan, monyet endemik Kalimantan Selatan, karena mangrove rambai merupakan sumber makanan penting bagi mereka.

Harapan untuk Masa Depan

Dengan upaya konservasi dan restorasi yang berkelanjutan, diharapkan populasi udang galah di Pulau Curiak dapat pulih dan memberikan manfaat ekonomi serta ekologis bagi masyarakat setempat. Penting juga untuk meningkatkan kesadaran nelayan tentang pentingnya menjaga populasi udang galah dan menghindari praktik penangkapan yang merusak. Dengan kerjasama antara pemerintah, ilmuwan, dan masyarakat, masa depan udang galah di Pulau Curiak dapat terjamin.

Kini, kawasan Pulau Curiak telah menjadi lokasi favorit bagi nelayan setempat, yang setiap hari mencari udang dan ikan di perairan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa upaya konservasi dan restorasi telah memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

  • Praktik Penangkapan Ilegal
  • Kerusakan Hutan Mangrove
  • Upaya Konservasi dan Restorasi
  • Populasi Udang Galah
  • Kesejahteraan Masyarakat