Asal Usul dan Makna di Balik Simbol Palang Merah: Mengapa Mirip Bendera Swiss?

Lambang Palang Merah, sebuah salib berwarna merah yang terletak di atas dasar putih, seringkali menimbulkan pertanyaan tentang kemiripannya dengan bendera Swiss. Kemiripan ini bukanlah suatu kebetulan semata, melainkan sebuah representasi simbolis yang sarat akan sejarah dan makna yang mendalam. Latar belakang pemilihan lambang ini bermula dari sebuah kebutuhan mendesak untuk memberikan identifikasi yang jelas dan perlindungan bagi tenaga medis di medan perang.

Sejarah mencatat, sebelum adanya lambang Palang Merah, masing-masing negara memiliki tanda pengenal medis militer yang berbeda-beda. Hal ini justru menimbulkan kerancuan dan berakibat fatal. Petugas medis seringkali menjadi sasaran serangan karena tidak dikenali sebagai pihak netral yang bertugas memberikan pertolongan. Kondisi inilah yang kemudian memicu inisiasi untuk menciptakan sebuah lambang universal yang dapat diakui dan dihormati oleh semua pihak yang terlibat dalam konflik bersenjata. Konferensi Internasional pertama di Jenewa pada tahun 1863 menjadi titik balik penting dalam sejarah Palang Merah. Pertemuan yang dihadiri oleh perwakilan dari 16 negara ini menghasilkan kesepakatan krusial tentang perlunya sebuah lambang netral yang berlaku secara universal sebagai tanda pengenal bagi anggota medis militer. Tujuannya adalah untuk memastikan keselamatan dan perlindungan mereka di tengah berkecamuknya peperangan.

Sebagai bentuk apresiasi terhadap peran Swiss dalam penyelenggaraan konferensi tersebut, para delegasi sepakat untuk mengadopsi lambang yang terinspirasi dari bendera nasional Swiss. Namun, dengan modifikasi warna yang dibalik, yaitu palang merah di atas latar putih. Lambang ini kemudian diresmikan dalam Konvensi Jenewa tahun 1864 sebagai tanda pengenal dan pelindung bagi petugas medis militer. Seiring berjalannya waktu, lambang Palang Merah terus mengalami perkembangan dan adaptasi. Pada tahun 1876, Kesultanan Ottoman (Turki) mengajukan lambang alternatif berupa Bulan Sabit Merah di atas latar putih sebagai penanda bagi kesatuan medis tentara kerajaan. Lambang ini akhirnya diakui secara resmi, mengakomodasi keberagaman budaya dan keyakinan.

Pada tahun 1929, Persia (sekarang Iran) juga mengusulkan lambang lain, yaitu Singa dan Matahari Merah. Namun, lambang ini tidak diakui dalam jangka panjang. Sejak tahun 1980, ketika Persia berganti menjadi Republik Iran, lambang tersebut tidak lagi digunakan. Perkembangan lambang ini terus berlanjut. Terakhir, pada tahun 2005, Konferensi Internasional menyepakati Protokol Tambahan III yang mengesahkan lambang Kristal Merah, berupa simbol berbentuk belah ketupat merah di atas dasar putih. Lambang ini hadir sebagai alternatif netral bagi negara yang tidak ingin menggunakan simbol agama atau budaya tertentu. Hingga saat ini, terdapat tiga lambang yang diakui secara resmi dalam gerakan Palang Merah internasional dan dalam Konvensi Jenewa, yaitu:

  • Palang Merah
  • Bulan Sabit Merah
  • Kristal Merah

Ketiga lambang ini, meskipun memiliki latar belakang sejarah yang berbeda, memiliki kesamaan dalam makna dan fungsi. Semuanya digunakan sebagai simbol netralitas dan perlindungan bagi petugas medis serta korban konflik bersenjata di seluruh dunia. Simbol-simbol ini menjadi pengingat akan pentingnya kemanusiaan di tengah situasi yang paling sulit sekalipun.