Iwak-Koe: UMKM Rawa Pening Berdayakan Perempuan dan Difabel, Lahirkan Produk Unggulan

Di sebuah sudut Dusun Tegaron Wetan, Desa Kebumen, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, denyut kehidupan ekonomi berdetak kencang. Di sanalah, sentra oleh-oleh Iwak-Koe beroperasi, sebuah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang tak hanya menghasilkan produk unggulan berbahan dasar ikan dari Rawa Pening, tetapi juga memberikan harapan bagi mereka yang seringkali terpinggirkan dari dunia kerja.

Iwak-Koe bukan sekadar produsen keripik ikan. Di balik setiap kemasan yang renyah, tersimpan kisah tentang pemberdayaan dan inklusi. Woro Damayanti Kusumadewi, sang pemilik, telah membangun bisnis ini sejak tahun 1990-an. Berawal dari produksi wader untuk hidangan pecel, usahanya berkembang menjadi pusat oleh-oleh yang dikenal luas, berkat seorang pembeli dari Yogyakarta yang membawa pulang wader sebagai buah tangan. Sejak saat itu, permintaan terus meningkat, dan Woro melihat peluang untuk mengembangkan bisnisnya secara serius.

Namun, ada yang istimewa dari Iwak-Koe. Woro tidak hanya mencari pekerja yang ahli atau berpengalaman. Ia justru membuka pintu bagi para janda, penyandang disabilitas, dan mereka yang memiliki masalah kesehatan sehingga sulit mendapatkan pekerjaan. Baginya, Iwak-Koe adalah wadah untuk memberikan kesempatan dan manfaat bagi semua. Saat ini, tujuh orang karyawan yang merupakan warga sekitar merasakan dampak positif dari keberadaan UMKM ini.

"Saya berharap usaha ini memberi manfaat bagi semuanya," kata Woro.

Dengan cekatan, para pekerja mengolah berbagai jenis ikan khas Rawa Pening menjadi keripik yang lezat. Ada keripik wader, cetul, udang, belut, hingga kulit ikan belida. Bahkan, daging ikan belida dimanfaatkan sebagai bahan baku pempek yang dikirim hingga ke Palembang. Produk Iwak-Koe telah merambah hampir seluruh toko oleh-oleh di Jawa Tengah dan DIY, membuktikan kualitas dan daya saingnya.

Meski demikian, Iwak-Koe juga menghadapi tantangan. Ketersediaan bahan baku yang belum stabil menjadi kendala utama, karena sangat bergantung pada musim. Selain itu, keterbatasan modal juga menjadi perhatian, karena Woro memilih untuk menghindari pinjaman bank dan mengandalkan modal pribadi.

Dalam sebuah kesempatan kunjungan Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, Woro menyampaikan aspirasinya terkait Koperasi Merah Putih. Ia berharap koperasi ini dapat menjadi solusi bagi UMKM, dengan konsep yang lebih fleksibel dan mudah diakses dibandingkan bank atau koperasi konvensional.

  • Keripik Wader
  • Keripik Cetul
  • Keripik Udang
  • Keripik Belut
  • Keripik Kulit Ikan Belida

Dengan semangat pemberdayaan dan inovasi, Iwak-Koe terus melaju, memberikan kontribusi positif bagi ekonomi lokal dan menjadi contoh inspiratif bagi UMKM lainnya.