Trump Pertimbangkan Perpanjangan Waktu untuk TikTok di Tengah Kekhawatiran Keamanan Nasional
Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengisyaratkan kemungkinan penundaan lebih lanjut terkait pemblokiran aplikasi TikTok di AS. Isyarat ini muncul di tengah perdebatan yang sedang berlangsung mengenai keamanan data dan pengaruh asing terhadap platform media sosial populer tersebut. Trump, dalam sebuah wawancara baru-baru ini, menyatakan bahwa ia mungkin akan memperpanjang tenggat waktu yang diberikan kepada TikTok untuk melakukan divestasi dari perusahaan induknya, ByteDance, yang berbasis di China.
Keputusan ini menandai perubahan sikap dari pemerintahan sebelumnya, yang telah berulang kali mengancam akan melarang TikTok kecuali jika perusahaan tersebut menjual operasinya di AS ke entitas Amerika. Kekhawatiran utama berpusat pada potensi akses pemerintah China ke data pengguna TikTok dan kemampuan platform untuk menyebarkan propaganda atau informasi yang salah. Undang-undang yang ada memberi TikTok pilihan untuk menjual diri kepada perusahaan AS atau menghadapi larangan total di negara tersebut.
Awalnya, TikTok diberikan waktu hingga 19 Januari 2025 untuk mematuhi aturan tersebut. Ketika tenggat waktu tersebut terlewati tanpa adanya tindakan yang diambil, aplikasi tersebut secara singkat diblokir di AS, yang menyebabkan gangguan yang meluas bagi jutaan pengguna. Namun, pemblokiran tersebut dicabut tak lama kemudian ketika Trump mengeluarkan perintah eksekutif yang menunda penegakan hukum selama 75 hari, memberikan TikTok waktu hingga 5 April 2025 untuk menemukan pembeli yang cocok.
Meskipun ada tenggat waktu yang akan datang, TikTok tetap enggan untuk berpisah dengan operasi AS-nya. Perusahaan tersebut menyatakan preferensinya untuk menghentikan operasi di AS daripada menyerahkan kendali kepada perusahaan Amerika, terutama jika pembicaraan hukum dan negosiasi dengan pemerintah gagal. Sikap ini menggarisbawahi taruhan tinggi yang terlibat dalam perseteruan tersebut dan keengganan ByteDance untuk melepaskan aset berharganya.
Trump sebelumnya telah memberikan perpanjangan 75 hari, yang menetapkan tenggat waktu baru pada 19 Juni 2025. Sekarang, dia mengisyaratkan kemungkinan penundaan lebih lanjut, yang mengisyaratkan pendekatan yang lebih bernuansa terhadap masalah ini. Alasan yang dikutip untuk perubahan sikap ini termasuk daya tarik TikTok di kalangan pemilih muda dan potensi pengaruhnya terhadap hasil pemilu.
Terlepas dari kekhawatiran keamanan nasional, Trump mengakui popularitas TikTok di kalangan generasi muda dan potensi manfaat politiknya. Dia mengklaim bahwa fokusnya pada TikTok berkontribusi pada keberhasilannya dengan pemilih muda dalam pemilihan sebelumnya, sebuah kelompok demografis yang secara historis sulit bagi Partai Republik untuk menarik.
Sikap Trump yang berubah-ubah terhadap TikTok mencerminkan kompleksitas dan lapisan kebijakan yang terlibat. Sementara beberapa orang memprioritaskan keamanan nasional dan berpendapat bahwa TikTok menimbulkan risiko yang signifikan terhadap privasi data dan pengaruh asing, yang lain menekankan potensi kerugian ekonomi dan sosial dari melarang platform yang dinikmati oleh jutaan orang Amerika.
Status kepemilikan TikTok menambah lapisan kompleksitas lainnya pada situasi ini. Meskipun TikTok beroperasi di bawah perseroan terbatas yang berbasis di Los Angeles dan Singapura, TikTok pada dasarnya masih dimiliki oleh ByteDance, sebuah perusahaan teknologi yang berbasis di Beijing, China. Investor memegang sekitar 60% saham ByteDance, termasuk perusahaan investasi besar AS, seperti General Atlantic, Susquehanna Capital dan Sequoia Capital. Pendiri Bytedance memegang sekitar 20 persen saham. Sisa saham sebesar 20 persen dimiliki oleh karyawan TikTok diseluruh dunia. Namun, Pemerintah China memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan-perusahaan swasta di negara tersebut, yang menimbulkan kekhawatiran tentang tingkat kendali yang mungkin dimiliki Partai Komunis China atas ByteDance dan data penggunanya.
Penolakan ByteDance untuk menjual TikTok sebagian disebabkan oleh nilai algoritma rekomendasi canggih platform tersebut. Algoritma ini, yang menganalisis perilaku pengguna untuk memberikan umpan video yang dipersonalisasi, dianggap sebagai aset kompetitif utama. ByteDance percaya bahwa menjual TikTok ke perusahaan Amerika akan sama dengan membocorkan rahasia perdagangan berharganya kepada para pesaing.
Saat ini, belum ada tanggapan resmi dari TikTok mengenai potensi perpanjangan tenggat waktu. Masa depan aplikasi di Amerika Serikat tetap tidak pasti, karena negosiasi antara ByteDance dan pemerintah AS terus berlanjut. Hasil dari diskusi ini akan memiliki implikasi yang luas bagi industri media sosial dan hubungan AS-China.