IKN: Visi Jangka Panjang dan Keterlibatan Swasta dalam Pendidikan

Meninjau Progres IKN: Optimisme, Realisme, dan Visi Jangka Panjang

Kunjungan ke Ibu Kota Nusantara (IKN) baru-baru ini bersama Setyono Djuandi Darmono dari Grup Jababeka dan Prof. Budi Susilo Soepandji, atas undangan Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono, memberikan pandangan langsung mengenai perkembangan proyek ambisius ini. Kekaguman muncul melihat kemegahan infrastruktur yang sedang dibangun, termasuk Istana Garuda, kantor-kantor kementerian, dan hunian bagi para pegawai.

Optimisme terhadap terwujudnya IKN sebagai pusat pemerintahan yang fungsional tetap tinggi. Namun, realisme juga diperlukan dalam menetapkan linimasa penyelesaian. Pandangan yang berkembang bahwa IKN akan mangkrak setelah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dinilai sebagai pandangan yang fatalistis dan tidak berdasar. Pembangunan IKN merupakan proyek jangka panjang yang idealnya membutuhkan waktu 10-15 tahun untuk penyelesaian yang komprehensif.

Sebagai seseorang yang berkecimpung lama di bidang infrastruktur, termasuk saat menjabat di Komisi V DPR-RI, keyakinan akan perlunya pemindahan ibu kota negara dari Jakarta sudah lama dipegang. Kompleksitas dan biaya pembangunan MRT Jakarta, yang tertunda puluhan tahun, menjadi contoh konkret betapa pentingnya memulai proyek strategis sesegera mungkin.

Komitmen Pemerintah dan Prioritas Pembangunan

Presiden Prabowo Subianto telah menegaskan komitmennya untuk melanjutkan pembangunan IKN, yang telah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional. Alokasi anggaran sebesar Rp48 triliun telah disiapkan untuk lima tahun ke depan, dengan fokus pada pembangunan kawasan inti pusat pemerintahan, gedung yudikatif, dan legislatif. Untuk tahun 2025, dialokasikan Rp13,5 triliun, dengan rincian Rp5,4 triliun untuk pengaspalan jalan dan pekerjaan di sepanjang jalan kawasan inti, serta Rp8,1 triliun untuk kawasan yudikatif dan legislatif.

Perlambatan progres pembangunan saat ini merupakan pilihan yang logis. Pembangunan yang terkesan ambisius di dua tahun terakhir pemerintahan Presiden Joko Widodo dapat dimaklumi sebagai upaya untuk menunjukkan keseriusan pemindahan ibu kota. Namun, efisiensi dan prioritas perlu dipertimbangkan dengan matang.

Catatan dan Pemikiran Subjektif

Pengalaman selama 30 tahun di bidang infrastruktur, termasuk keterlibatan dalam pembangunan kawasan timur Indonesia dan Batam, memberikan sejumlah catatan subjektif. Idealnya, dalam 2-5 tahun pertama, konsentrasi pembangunan haruslah pada infrastruktur dasar seperti jalan, listrik, air, gas, dan sumber daya manusia. Pembangunan pelabuhan, kantor kementerian, rumah dinas, pasar, dan mal dapat menyusul kemudian. Pembangunan hotel, rumah sakit, dan bandara sebaiknya dilakukan secara bertahap untuk efisiensi biaya operasional dan perawatan.

Selain itu, ukuran kantor pemerintahan, gedung parlemen, dan lembaga yudikatif sebaiknya tidak terlalu besar. Perkembangan teknologi dalam 10-20 tahun ke depan akan memungkinkan aktivitas pemerintahan dan pelayanan publik dilakukan secara virtual.

Keterlibatan Jababeka dalam Pengembangan Pendidikan di IKN

Kehadiran bersama Bapak Darmono dan tim dari Jababeka atas undangan OIKN adalah untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, khususnya terkait manajemen pengelolaan pendidikan. Pengalaman Jababeka dalam mengelola President University di Cikarang sejak tahun 2004, serta Akademi Komunitas Presiden, menjadi daya tarik bagi OIKN. Otorita IKN telah menyiapkan lahan dan fasilitas pendukung untuk program pendidikan ini, dengan prioritas bagi putra-putri Kalimantan dan wilayah Indonesia bagian timur. Keterlibatan ini merupakan sebuah kehormatan untuk dapat berkontribusi dalam pengembangan sumber daya manusia di IKN.

Konsep Kota Terpadu Mandiri (KTM) yang pernah dirintis saat menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dengan membangun 18 kawasan KTM sebagai pusat pertumbuhan baru di berbagai wilayah Indonesia, juga menjadi referensi penting dalam pembangunan IKN. Pembangunan KTM didesain untuk mengoptimalkan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya produktif lainnya dalam sebuah kawasan yang dilengkapi dengan fungsi-fungsi kota.