Strategi Pemasaran Properti: Evolusi Slogan 'Senin Harga Naik' dan Tren Saat Ini
Strategi Pemasaran Properti: Evolusi Slogan 'Senin Harga Naik' dan Tren Saat Ini
Industri properti, berbeda dengan sektor ritel lainnya, memerlukan strategi pemasaran yang lebih spesifik dan persuasif. Salah satu strategi yang pernah populer, dan kini telah berevolusi, adalah slogan 'Senin Harga Naik', yang marak digunakan pada periode 2011-2012. Slogan tersebut, lebih dari sekadar klaim kenaikan harga, merupakan taktik pemasaran yang bertujuan mendorong calon pembeli untuk segera mengambil keputusan. Lukas Bong, Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI), menjelaskan bahwa inti dari slogan ini adalah menciptakan urgensi pembelian. Hari Senin, sebagai awal pekan kerja, dipilih karena dianggap sebagai waktu yang tepat untuk mengingatkan calon pembeli setelah masa liburan akhir pekan, untuk segera mengamankan properti yang diinginkan sebelum harga, atau lebih tepatnya, penawaran menarik berakhir.
Lebih lanjut, Lukas menjelaskan bahwa 'kenaikan harga' yang dimaksud bukan selalu berarti kenaikan harga riil. Seringkali, strategi ini memanfaatkan harga normal sebagai patokan, sementara penawaran akhir pekan berupa diskon. Ini menjadi bagian integral dari strategi sales marketing yang bertujuan memaksimalkan penjualan. Meskipun penggunaan slogan 'Senin Harga Naik' sudah berkurang, esensi dari strategi tersebut tetap relevan hingga saat ini. Pergeseran terjadi pada cara penyampaian pesan, dengan slogan-slogan yang lebih kekinian dan catchy, seperti 'Ambil keputusan sekarang, it's time to buy property', atau 'Beli sekarang atau menyesal besok'. Strategi tersebut tetap mengandalkan prinsip menciptakan rasa urgensi pembelian.
Selain slogan, terdapat berbagai strategi pemasaran lain yang umum digunakan. Promosi berupa penawaran DP 0%, cicilan ringan, dan hadiah-hadiah menarik seperti perjalanan wisata, termasuk dalam strategi gimmick marketing yang dirancang untuk memikat pembeli. Promosi semacam ini berbeda dengan slogan, meskipun keduanya bertujuan meningkatkan daya tarik properti yang dipasarkan.
Pada tahun 2012, Direktur Marketing PT Agung Podomoro Land Tbk, Indra W. Antono, memberikan perspektif lain tentang popularitas slogan 'Senin Harga Naik'. Beliau menghubungkannya dengan kondisi ekonomi saat itu, di mana inflasi terkendali, suku bunga kredit rendah, dan harga properti Indonesia relatif murah dibandingkan negara-negara Asia lainnya. Kondisi ini menciptakan momentum positif di pasar properti. Namun, Antono menekankan bahwa kenaikan harga properti sesungguhnya dipengaruhi tiga faktor utama: lokasi strategis, momentum pasar yang tepat, dan harga yang sesuai dengan daya beli konsumen. Lokasi yang strategis saja tidak menjamin kenaikan harga, dan sebaliknya, properti dengan lokasi biasa namun konsep yang tepat dan harga yang kompetitif bisa tetap menarik minat pembeli.
Kesimpulannya, strategi pemasaran properti terus berkembang, namun esensi menciptakan urgensi dan memberikan penawaran menarik tetap menjadi kunci. Slogan 'Senin Harga Naik', meski telah bertransformasi, menjadi contoh menarik bagaimana strategi pemasaran dapat beradaptasi dengan zaman, namun tetap mempertahankan tujuan utamanya: memaksimalkan penjualan properti.