Ekspor Indonesia Catat Tren Positif di Tengah Ketegangan India-Pakistan

Kinerja ekspor Indonesia menunjukkan ketahanan yang menggembirakan di tengah eskalasi konflik antara India dan Pakistan. Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menegaskan bahwa, hingga Maret 2025, perang yang terjadi di wilayah Kashmir belum berdampak signifikan terhadap laju ekspor nasional. Pernyataan ini disampaikan di sela acara Gerakan Kamis Pakai Lokal yang diselenggarakan di Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat.

Data Kementerian Perdagangan mencatat total nilai ekspor Indonesia pada Maret 2025 mencapai US$ 23,25 miliar. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 5,95% dibandingkan bulan sebelumnya (month-on-month/MoM) dan peningkatan sebesar 3,16% dibandingkan Maret 2024 (year-on-year/YoY). Kenaikan ini didorong oleh performa ekspor migas yang melonjak 28,81% dan ekspor nonmigas yang tumbuh 4,71% (MoM).

Budi Santoso juga menyoroti surplus neraca perdagangan Indonesia, khususnya dengan India dan Pakistan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa aktivitas perdagangan dengan kedua negara tersebut masih berjalan positif meskipun tensi geopolitik meningkat. Namun, para analis ekonomi mewanti-wanti potensi dampak negatif jika konflik terus berlanjut.

Konflik India-Pakistan dipicu oleh serangkaian serangan artileri di sepanjang Garis Kontrol (Line of Control/LoC) yang menjadi batas wilayah sengketa Kashmir. India mengklaim serangan mereka sebagai operasi presisi terhadap kelompok bersenjata di wilayah yang dikuasai Pakistan. Eskalasi konflik dikhawatirkan akan mengalihkan fokus kedua negara pada pengeluaran militer, yang berpotensi mengganggu aktivitas perdagangan.

India dan Pakistan merupakan pasar penting bagi ekspor minyak sawit mentah (CPO) Indonesia. Pembatasan ekspor CPO ke Eropa membuat Indonesia semakin bergantung pada pasar India dan Pakistan, serta China. Jika pasar-pasar ini tertekan, berbagai sektor ekonomi di Indonesia berpotensi mengalami kontraksi.

Analis Kebijakan Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Ajib Hamdani, menekankan bahwa India merupakan salah satu penyumbang surplus neraca dagang terbesar bagi Indonesia setelah Amerika Serikat. Gejolak politik dan keamanan di India berpotensi menurunkan permintaan terhadap komoditas ekspor utama Indonesia, seperti batu bara dan CPO.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 menunjukkan India sebagai negara tujuan ekspor CPO dan turunannya terbesar dengan volume 4,27 juta ton, diikuti oleh Pakistan dengan 3 juta ton. Pemerintah diharapkan dapat mengantisipasi potensi penurunan permintaan dari India dengan menjalin kerjasama bilateral dengan negara lain untuk diversifikasi pasar ekspor.

Beberapa poin penting yang perlu diperhatikan terkait dengan hal ini adalah:

  • Pertumbuhan ekspor Indonesia tetap positif hingga Maret 2025 meskipun ada konflik India-Pakistan.
  • Ekspor migas dan nonmigas menjadi pendorong utama kenaikan ekspor.
  • Surplus neraca perdagangan dengan India dan Pakistan masih terjaga.
  • Konflik yang berlarut-larut berpotensi mengganggu ekspor CPO Indonesia.
  • Diversifikasi pasar ekspor menjadi kunci untuk memitigasi risiko penurunan permintaan.