Waspada Hipertensi Pada Anak: Dokter Soroti Bahaya Garam Tersembunyi Dalam Makanan Kemasan

Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, bukan lagi hanya menjadi ancaman bagi orang dewasa dan lanjut usia. Ironisnya, kondisi ini kini semakin sering ditemui pada anak-anak, bahkan pada usia bayi.

Salah satu faktor risiko yang kerap luput dari perhatian adalah konsumsi garam berlebihan, terutama yang bersumber dari makanan kemasan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari pola makan anak-anak sehari-hari. Dokter Reza Fahlevi, Sp.A(K), dalam sebuah diskusi yang diadakan oleh Kementerian Kesehatan RI, mengungkapkan kekhawatiran mengenai kandungan garam tersembunyi atau "hidden salt" dalam makanan olahan yang dikonsumsi anak-anak.

"Sebenarnya, asupan garam terbesar pada anak-anak justru berasal dari makanan olahan," ujar dr. Reza, menekankan bahwa orang tua seringkali tidak menyadari kandungan natrium yang tinggi dalam camilan asin, junk food, kecap, saus, dan makanan berpengawet. Bahkan, bahan pengawet seperti natrium benzoat juga merupakan sumber garam tersembunyi.

Batas Konsumsi Garam yang Dianjurkan

Dr. Reza menekankan pentingnya membatasi asupan garam sesuai dengan usia anak. Bagi bayi di bawah satu tahun, sebaiknya tidak ada tambahan garam sama sekali dalam makanan mereka. Untuk anak usia satu hingga tiga tahun, batas konsumsi garam yang direkomendasikan adalah sekitar 2 gram per hari, setara dengan seperempat sendok teh.

Makanan rumahan, menurutnya, cenderung menggunakan garam dalam jumlah yang lebih terkontrol dibandingkan makanan instan yang seringkali mengandung garam tinggi sebagai pengawet.

Hipertensi Pada Anak: Ancaman yang Sering Terabaikan

Angka hipertensi pada anak-anak sebenarnya cukup signifikan, namun seringkali tidak terdeteksi karena kurangnya pemeriksaan rutin. Penyebabnya pun beragam, terbagi menjadi hipertensi primer dan sekunder.

Hipertensi primer biasanya tidak terkait dengan kelainan organ tertentu, namun dapat disebabkan oleh riwayat keluarga dengan hipertensi atau masalah berat badan berlebih seperti obesitas. Obesitas pada anak merupakan salah satu faktor risiko utama untuk terjadinya hipertensi.

Dampak Jangka Panjang yang Mengkhawatirkan

Hipertensi yang tidak diobati pada anak-anak dapat menimbulkan dampak serius pada tumbuh kembang mereka. Jantung dan ginjal adalah organ yang paling rentan terkena dampak.

Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat memaksa jantung bekerja ekstra keras, menyebabkan penebalan dinding ventrikel kiri dan berujung pada gagal jantung. Selain itu, hipertensi juga dapat mempercepat terjadinya gagal ginjal dan penyakit ginjal kronis pada anak.

Pencegahan dan Deteksi Dini: Kunci Melindungi Anak

Deteksi dini menjadi kunci utama dalam mencegah komplikasi hipertensi pada anak. Kementerian Kesehatan RI sedang menggalakkan program screening hipertensi untuk anak-anak mulai tahun 2025. Dr. Reza merekomendasikan agar anak-anak berusia tiga tahun ke atas, yang tidak memiliki riwayat prematur atau berat lahir rendah, menjalani pemeriksaan tekanan darah setidaknya sekali setahun.

Selain membatasi asupan garam, ada beberapa hal penting lain yang perlu diperhatikan untuk menjaga kesehatan anak:

  • Membatasi asupan gula tidak lebih dari 10% dari total kalori harian.
  • Memantau pertumbuhan dan perkembangan anak secara berkala.
  • Memastikan anak mendapatkan tidur yang cukup, minimal 8 jam per hari.
  • Mendorong anak untuk berolahraga teratur minimal 30 menit setiap hari.

Dr. Reza menekankan pentingnya kesadaran orang tua terhadap komposisi nutrisi, terutama kandungan gula dan garam, dalam makanan yang dikonsumsi anak, terutama makanan kemasan. Dengan melakukan pencegahan sejak dini dan pemeriksaan rutin, orang tua dapat membantu melindungi anak-anak dari risiko hipertensi dan komplikasinya di masa depan.