Pembekuan Sel Telur: Pengaruh Usia dan Kualitas pada Potensi Kehamilan

markdown Prosedur pembekuan sel telur atau egg freezing menjadi semakin populer di kalangan wanita, termasuk tokoh publik. Keputusan untuk membekukan sel telur seringkali didorong oleh berbagai faktor, seperti keinginan menunda kehamilan karena belum memiliki pasangan atau belum siap secara pribadi. Namun, muncul pertanyaan mengenai bagaimana kualitas sel telur yang telah dibekukan dapat memengaruhi potensi keberhasilan kehamilan di masa depan.

Menurut dr. Yassin Yanuar Mohammad, SpOG, SubSpFer, MSc, seorang spesialis yang berpraktik di RSPI Pondok Indah, kemampuan sel telur untuk berkembang menjadi embrio setelah proses pembekuan dan pencairan tidaklah 100%. Setelah sel telur dipertemukan dengan sperma, potensi keberhasilan pembentukan embrio berada di kisaran 70%. Penurunan ini disebabkan oleh fakta bahwa tidak semua sel telur memiliki kualitas yang optimal.

Egg freezing sendiri merupakan metode preservasi sel telur dengan membekukannya dalam nitrogen cair pada suhu yang sangat rendah, yaitu -196 derajat Celsius. Proses pengambilan sel telur untuk dibekukan umumnya berhasil mencapai 100%. Akan tetapi, setelah proses pembekuan, tidak semua sel telur dapat bertahan. Tingkat kelangsungan hidup sel telur setelah pembekuan berkisar antara 80-90%.

Namun, kelangsungan hidup sel telur bukanlah satu-satunya faktor penentu keberhasilan. Setelah sel telur dicairkan dan dipertemukan dengan sperma, tidak semuanya mampu dibuahi atau berkembang menjadi embrio. Bahkan, setelah berhasil menjadi embrio, kualitasnya dapat bervariasi. Dokter akan melakukan seleksi embrio untuk memilih embrio dengan kualitas terbaik yang memiliki potensi tertinggi untuk berkembang. Embrio dengan kualitas terbaik biasanya hanya sekitar 50-60% dari total embrio yang dihasilkan.

Lebih lanjut, dr. Yassin menjelaskan bahwa kualitas sel telur sangat erat kaitannya dengan beberapa faktor kunci, antara lain:

  • Usia wanita saat pembekuan sel telur: Semakin muda usia wanita saat melakukan egg freezing, umumnya semakin baik kualitas sel telurnya.
  • Cadangan sel telur: Jumlah sel telur yang tersisa di ovarium juga memengaruhi kualitas sel telur. Wanita dengan cadangan sel telur yang lebih tinggi cenderung memiliki sel telur yang lebih berkualitas.
  • Kondisi kesehatan: Penyakit tertentu, seperti endometriosis, dapat memengaruhi cadangan sel telur dan menurunkan kualitasnya.

Usia wanita menjadi faktor penting karena kualitas sel telur cenderung menurun seiring bertambahnya usia. Wanita yang membekukan sel telur di usia 20-an memiliki peluang keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang membekukan sel telur di usia 30-an.

Namun, perlu diingat bahwa egg freezing bukanlah solusi universal dan tidak dapat menjamin kehamilan di masa depan. Prosedur ini sebaiknya dipertimbangkan oleh wanita yang memiliki kondisi medis tertentu atau yang ingin menunda kehamilan karena alasan pribadi. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis fertilitas untuk mendapatkan informasi yang akurat dan memahami risiko serta manfaat dari prosedur egg freezing.

Dr. Yassin juga menekankan pentingnya untuk tidak memberikan harapan palsu kepada masyarakat. Egg freezing bukanlah pengganti pernikahan atau solusi untuk masalah kesuburan. Prosedur ini ditujukan untuk wanita dengan kondisi khusus yang ingin mempertahankan potensi kesuburan mereka di masa depan.