KSAL Soroti Ketergantungan Impor Kedelai di Tengah Konsumsi Tempe yang Tinggi

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali baru-baru ini menyoroti ironi dalam sektor pangan Indonesia, khususnya terkait komoditas kedelai. Di tengah tingginya konsumsi produk olahan kedelai seperti tempe dan tahu oleh masyarakat Indonesia, kebutuhan bahan baku utama tersebut justru masih sangat bergantung pada impor, terutama dari Amerika Serikat.

"Masyarakat Indonesia mengonsumsi tempe, tetapi bahan baku kedelainya malah kita impor dari Amerika," ujar KSAL Laksamana TNI Muhammad Ali saat meninjau proyek percontohan budidaya laut dan kedelai nasional di Serang, Banten. Pernyataan ini menggarisbawahi paradoks yang perlu segera diatasi untuk mewujudkan kemandirian pangan nasional. Informasi mengenai ketergantungan impor kedelai ini diperoleh KSAL dari Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat menghadiri acara ketahanan pangan di Makassar yang berfokus pada budidaya rumput laut.

Menindaklanjuti kondisi tersebut, TNI AL mengambil langkah konkret dengan berkolaborasi bersama para peneliti bioteknologi dan Asisten Potensi Maritim (Aspotmar) untuk menginisiasi proyek percontohan budidaya kedelai di Serang. Inisiatif ini merupakan wujud nyata dukungan TNI AL terhadap program ketahanan pangan nasional.

"Alhamdulillah, hasil proyek percontohan ini membuahkan hasil panen kedelai sebanyak 4,4 ton," ungkap KSAL dengan bangga. Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa dengan upaya yang terencana dan terkoordinasi, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengurangi ketergantungan impor kedelai.

KSAL menegaskan bahwa keterlibatan TNI AL dalam program budidaya kedelai ini bukan sekadar aktivitas sampingan, melainkan bagian integral dari tugas pokoknya. Selain menjaga kedaulatan laut, TNI AL juga berkomitmen untuk mendukung program-program strategis pemerintah, termasuk di sektor pertanian.

Lebih lanjut, KSAL menjelaskan bahwa budidaya kedelai oleh TNI AL merupakan bagian dari perjuangan menuju kemandirian pangan yang berkelanjutan dan penguatan ketahanan nasional. Upaya ini diharapkan dapat memutus rantai ketergantungan impor dan meningkatkan kesejahteraan petani lokal.

Guna memperluas dampak positif program ini, TNI AL berencana menyelenggarakan bimbingan teknis (bimtek) budidaya kedelai bagi para prajurit dari satuan Komando Armada (Koarmada) dan non-Koarmada yang dilaksanakan pada 8-16 Mei 2025. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas personel TNI AL dalam bidang pertanian dan mendorong mereka untuk turut serta dalam upaya mewujudkan kemandirian pangan.

"Kami berharap dapat mengangkat kembali kejayaan kedelai lokal sebagai salah satu komoditas unggulan bangsa," kata KSAL. Ia juga menyampaikan visi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara produsen yang tangguh, mandiri, dan berdaya saing tinggi di bidang pertanian, bukan hanya sekadar negara konsumen yang bergantung pada impor.