Tragedi Purworejo: KNPI Serukan Pembangunan Jalur Penyelamat Usai Kecelakaan Maut Merenggut 11 Nyawa
Kecelakaan Maut di Purworejo: Desakan Pembangunan Jalur Penyelamat Menguat
Kecelakaan tragis yang menewaskan 11 orang di Jalan Raya Purworejo-Magelang, tepatnya di Kecamatan Bener, Purworejo, telah memicu gelombang keprihatinan dan desakan untuk meningkatkan keselamatan jalan. Insiden yang melibatkan truk yang diduga mengalami rem blong dan menabrak sejumlah kendaraan, termasuk angkutan kota yang membawa rombongan takziah, serta rumah warga, telah meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat setempat.
Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Purworejo, melalui ketuanya Musyafa, menyampaikan duka cita mendalam atas kejadian ini. Musyafa mendesak pemerintah daerah untuk segera mengambil tindakan nyata dengan membangun jalur penyelamat di lokasi rawan kecelakaan tersebut. Jalur penyelamat ini dianggap sebagai solusi efektif untuk mengurangi risiko kecelakaan akibat kendaraan berat yang mengalami masalah pengereman, terutama di jalanan menurun dan berkelok.
"Kami sangat prihatin dengan kejadian ini. Sudah saatnya pemerintah daerah memberikan perhatian serius terhadap kondisi jalan yang rawan kecelakaan ini," ujar Musyafa. "Pembangunan jalur penyelamat akan memberikan ruang bagi pengemudi untuk menghentikan kendaraannya secara aman jika terjadi masalah pengereman."
Jalan Maut: Antara Julukan 'Jalur Tengkorak' dan Realita Bahaya
Ruas jalan yang menghubungkan Purworejo dan Magelang, khususnya di sekitar Dusun Sorogenen Lor, Desa Kalijambe, Kecamatan Bener, memang dikenal memiliki karakteristik jalan yang menantang. Tanjakan curam dan turunan panjang menjadi kombinasi berbahaya, terutama bagi kendaraan berat. Tak heran, warga setempat menjuluki jalur ini sebagai 'jalur tengkorak' karena seringnya terjadi kecelakaan, bahkan hingga merenggut nyawa.
Menurut penuturan warga, kecelakaan di jalur ini terjadi hampir setiap bulan, meskipun dengan intensitas yang berbeda-beda. Selain tikungan tajam, kondisi jalan yang menurun panjang juga menyebabkan rem kendaraan cepat panas dan berpotensi blong. Warga sekitar bahkan berinisiatif untuk berjaga 24 jam dan menyediakan ganjal ban sebagai antisipasi jika ada kendaraan yang tidak kuat menanjak atau mengalami masalah di tengah jalan.
Nasikhin, salah seorang warga, menjelaskan bahwa kendaraan berat dari arah bawah (Magelang) harus mengambil lajur kanan saat menanjak karena kondisi jalan yang curam. Hal ini menunjukkan betapa berbahayanya jalur ini dan perlunya kewaspadaan ekstra bagi setiap pengemudi yang melintas.
Detail Kecelakaan Maut
Kecelakaan maut yang terjadi pada Rabu (7/5/2025) melibatkan sebuah truk tronton dengan nomor polisi B 9970 BYZ yang melaju dari arah Magelang menuju Purworejo. Diduga mengalami rem blong saat melintasi jalan menurun dan menikung, truk tersebut kehilangan kendali dan menabrak sebuah angkot yang membawa rombongan takziah. Setelah menabrak angkot, truk juga menghantam sebuah rumah di pinggir jalan.
Akibat kejadian ini, 11 orang dinyatakan meninggal dunia dan 6 orang lainnya mengalami luka-luka. Korban luka-luka dilarikan ke RSUD Tjitrowardojo Purworejo dan RSUD Tjokronegoro untuk mendapatkan perawatan intensif.
Wakil Direktur RSUD Tjitrowardojo Purworejo, Nunik Sulityaningsih, menjelaskan bahwa pihaknya menerima enam korban, lima di antaranya meninggal dunia dan satu mengalami luka berat. Sementara itu, RSUD Tjokronegoro menerima lima korban meninggal dunia.
"Semua korban sudah teridentifikasi oleh tim Inafis dan jenazah telah diserahkan kepada keluarga masing-masing," kata Nunik.
Tragedi ini menjadi pengingat pahit akan pentingnya keselamatan jalan dan perlunya tindakan preventif untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali. Pembangunan jalur penyelamat, peningkatan rambu peringatan, dan pengawasan ketat terhadap kendaraan berat menjadi langkah-langkah mendesak yang harus segera direalisasikan.