Pergantian Nakhoda Bulog: Kementerian Pertanian Ungkap Faktor Kecepatan Adaptasi

Menteri Pertanian melalui Staf Khususnya, Sam Herodian, memberikan penjelasan terkait pergantian Direktur Utama Perum Bulog yang terjadi beberapa waktu lalu. Menurutnya, perubahan ini didasari oleh kebutuhan untuk mempercepat implementasi kebijakan pemerintah, khususnya yang berkaitan dengan sektor pertanian dan pangan.

Herodian menyoroti pentingnya kecepatan dan efisiensi dalam merespons arahan Presiden Prabowo Subianto. Ia mengilustrasikan hal ini dengan contoh proses pengadaan pupuk yang sebelumnya dianggap terlalu berbelit-belit dan menghambat produktivitas beras. Presiden Prabowo, kata dia, menghendaki adanya penyederhanaan aturan teknis penyaluran pupuk. Dengan aturan yang baru, proses persetujuan penyaluran pupuk dipangkas menjadi hanya memerlukan satu tanda tangan dari Menteri Pertanian, sehingga mempercepat respons terhadap kebutuhan di lapangan.

"Ada permintaan langsung tunjuk," ujar Sam, menggambarkan betapa pentingnya respons cepat dalam situasi saat ini. Ia menambahkan bahwa Direktur Utama Bulog sebelumnya dinilai belum mampu mengimbangi ritme kerja yang dituntut oleh pemerintahan Presiden Prabowo. Oleh karena itu, Kementerian Pertanian mengambil langkah untuk mencari sosok yang lebih adaptif dan mampu mengeksekusi kebijakan dengan lebih gesit.

Pergantian pucuk pimpinan di Bulog ini terjadi pada Februari 2025, di mana Menteri BUMN Erick Thohir menunjuk Mayor Jenderal TNI Novi Helmy Prasetya sebagai Direktur Utama menggantikan Wahyu Suparyono. Selain itu, Hendra Susanto juga ditunjuk sebagai Direktur Keuangan menggantikan Iryanto Hutagaol. Keputusan ini tertuang dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-30/MBU/02/2025 tertanggal 7 Februari 2025.

Meski Wahyu Suparyono dan Iryanto Hutagaol baru menduduki jabatan tersebut sejak September dan Oktober 2024, Kementerian BUMN menilai perlunya perubahan untuk memastikan Bulog dapat mencapai target-target yang telah ditetapkan. Salah satu target utama yang diemban Bulog saat itu adalah penyerapan tiga juta ton beras dari petani hingga April 2025, sesuai dengan perintah Presiden Prabowo. Namun, hingga 3 Februari 2025, Bulog baru berhasil menyerap 18.000 ton setara beras dari petani.

Berikut adalah poin-poin penting yang melatarbelakangi pergantian Direktur Utama Bulog:

  • Kecepatan Adaptasi: Kebutuhan untuk merespons arahan Presiden Prabowo Subianto dengan lebih cepat dan efisien.
  • Penyederhanaan Birokrasi: Pemangkasan proses persetujuan penyaluran pupuk untuk meningkatkan produktivitas beras.
  • Target Penyerapan Beras: Upaya mencapai target penyerapan tiga juta ton beras dari petani.
  • Pergantian Direksi: Penunjukan Mayor Jenderal TNI Novi Helmy Prasetya sebagai Direktur Utama dan Hendra Susanto sebagai Direktur Keuangan.
  • Keputusan Menteri BUMN: Dasar hukum pergantian direksi tertuang dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-30/MBU/02/2025.

Pergantian ini diharapkan dapat membawa perubahan positif bagi kinerja Bulog dalam mendukung program-program pemerintah di sektor pertanian dan pangan.