Sahur dan Mimpi Buruk: Hubungan Pola Tidur, Pola Makan, dan Kualitas Mimpi Selama Ramadan

Sahur dan Mimpi Buruk: Hubungan Pola Tidur, Pola Makan, dan Kualitas Mimpi Selama Ramadan

Ramadan, bulan penuh berkah, juga seringkali diiringi dengan perubahan pola tidur dan makan. Banyak yang mengalami mengantuk setelah sahur dan tertidur kembali, terkadang diikuti mimpi buruk. Fenomena ini bukan sekadar mitos, melainkan terkait erat dengan fisiologi tubuh dan pola hidup. Dokter Andreas Prasadja menjelaskan, tidur setelah sahur, khususnya setelah begadang, dapat mengganggu siklus tidur dan meningkatkan kemungkinan mimpi buruk. Hal ini disebabkan oleh kelelahan yang ekstrem. Tubuh, setelah kekurangan istirahat, akan berusaha 'membalas dendam' dengan mengganggu fase-fase tidur, termasuk fase relaksasi awal yang seharusnya bebas mimpi. Akibatnya, fase tidur REM (Rapid Eye Movement), fase di mana mimpi terjadi, menjadi lebih intens dan berpotensi menghasilkan mimpi yang kurang menyenangkan.

Lebih jauh, penelitian-penelitian telah menunjukkan korelasi antara asupan makanan sebelum tidur dan kualitas mimpi. Sebuah studi yang dilakukan oleh T. Nielsen pada tahun 2015 di Universitas Kanada, melibatkan 396 mahasiswa, menemukan hubungan antara konsumsi makanan tertentu—seperti susu, keju, es krim, dan makanan pedas—dengan peningkatan mimpi buruk. Sebanyak 68 peserta dari 386 peserta mengakui bahwa mengonsumsi makanan tertentu larut malam mempengaruhi mimpi mereka. Studi lain dari Universitas Montreal memperkuat temuan ini, dengan 9,5% partisipan melaporkan mimpi buruk setelah tidur setelah makan. Makanan tinggi gula dan lemak diduga menjadi penyebab utama karena mengganggu aktivitas listrik otak saat memasuki fase tidur nyenyak, sehingga memicu mimpi yang lebih intens dan bahkan menakutkan.

Penjelasan ilmiah di balik fenomena ini terletak pada dampak metabolisme makanan terhadap aktivitas otak. Sistem pencernaan yang bekerja keras setelah makan berat, terutama yang kaya gula dan lemak, dapat mempengaruhi kinerja dan fungsi otak selama tidur. Akibatnya, otak dipaksa bekerja lebih keras selama proses tidur, yang berujung pada mimpi yang lebih hidup dan berpotensi menjadi mimpi buruk. Oleh karena itu, menghindari makan berat dan tinggi gula atau lemak menjelang tidur, serta memastikan waktu tidur yang cukup dan berkualitas, sangat penting untuk mendapatkan tidur yang nyenyak dan terhindar dari mimpi buruk selama Ramadan.

Kesimpulannya, mimpi buruk setelah sahur bukanlah sekadar kebetulan. Kombinasi kelelahan akibat begadang, pola makan sebelum tidur, dan dampak metabolisme makanan terhadap aktivitas otak selama tidur, semuanya berperan dalam mempengaruhi kualitas mimpi. Dengan memahami faktor-faktor ini, kita dapat mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan risiko mengalami mimpi buruk dan memastikan istirahat yang cukup selama bulan Ramadan. Mengatur waktu makan sahur, menghindari makanan berat dan tinggi gula serta lemak sebelum tidur, dan memastikan tidur cukup, merupakan kunci untuk menjalani ibadah puasa dengan lebih nyaman dan bersemangat.

Rekomendasi:

  • Hindari makan besar menjelang tidur setelah sahur.
  • Pilih makanan yang lebih ringan dan mudah dicerna.
  • Cukupkan waktu istirahat sebelum sahur agar tidak kelelahan.
  • Usahakan untuk tidur dengan suasana yang tenang dan rileks.
  • Konsultasikan dengan dokter jika masalah mimpi buruk berkelanjutan.