Transisi Energi Terbarukan: Strategi Indonesia Menghadapi Ketidakpastian Geopolitik Global

Indonesia berada pada titik krusial yang menuntut percepatan transisi energi. Alih-alih sekadar respons terhadap isu lingkungan, langkah ini dipandang sebagai strategi vital untuk mengamankan kepentingan nasional di tengah gejolak geopolitik global.

Dalam diskusi bertajuk “Agenda Iklim dan Transisi Energi di Tengah Memanasnya Situasi Geopolitik Internasional,” seorang pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Indonesia menyoroti pentingnya diversifikasi sumber energi. Ketergantungan pada energi fosil, yang harganya fluktuatif akibat dinamika politik internasional, membuat Indonesia rentan terhadap krisis energi. Sementara itu, peningkatan kapasitas energi bersih akan memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam menghadapi ketidakpastian global.

Contoh nyata bagaimana dinamika politik dapat memengaruhi komitmen terhadap transisi energi adalah keputusan Amerika Serikat untuk menarik diri dari Perjanjian Paris di bawah pemerintahan Trump. Namun, perubahan kebijakan di satu negara seharusnya tidak menjadi penghalang bagi Indonesia untuk terus maju. Negara-negara seperti Jepang, Jerman, dan China telah menunjukkan konsistensi dalam mengembangkan energi bersih, dan berpotensi menjadi mitra strategis bagi Indonesia dalam mencapai target netral karbon sebelum tahun 2060.

Persaingan geopolitik antara Amerika Serikat dan China juga memengaruhi rantai pasok energi bersih, yang mengakibatkan kenaikan biaya transisi secara global. Hal ini berdampak pada pembiayaan iklim secara global. Meskipun demikian, tren investasi global menunjukkan bahwa energi bersih tetap menjadi fokus utama. Laporan dari IEA pada tahun 2024 menunjukkan bahwa dari total investasi energi global sebesar 3 triliun dolar AS, dua pertiganya atau sekitar 2 triliun dolar AS dialokasikan untuk teknologi dan infrastruktur energi bersih.

Menyadari tren ini, Indonesia perlu membangun kemitraan strategis yang luas, baik secara multilateral maupun dengan berbagai pemangku kepentingan. Kemitraan ini sangat penting untuk memastikan bahwa transisi energi berjalan efektif dan memberikan manfaat jangka panjang bagi ketahanan ekonomi nasional. Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan momentum transisi energi untuk memperkuat posisinya di panggung global dan mencapai pembangunan berkelanjutan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam transisi energi:

  • Diversifikasi Energi: Mengurangi ketergantungan pada energi fosil dengan mengembangkan berbagai sumber energi terbarukan.
  • Kemitraan Strategis: Membangun kerjasama dengan negara-negara yang memiliki komitmen kuat terhadap energi bersih.
  • Investasi Infrastruktur: Meningkatkan investasi dalam teknologi dan infrastruktur energi bersih.
  • Ketahanan Ekonomi: Memastikan bahwa transisi energi memberikan manfaat jangka panjang bagi ekonomi nasional.
  • Netral Karbon: Berkomitmen untuk mencapai target netral karbon sebelum tahun 2060.