Peralihan Strategi: Produsen Motor Listrik Incar Pasar Korporasi di Tengah Ketidakpastian Subsidi

Penjualan Motor Listrik Beralih ke Sektor Korporasi Akibat Kendala Subsidi

Program subsidi motor listrik yang digadang-gadang pemerintah tampaknya belum menunjukkan hasil yang optimal. Subsidi langsung sebesar Rp 7 juta per unit yang dijanjikan pada tahun 2023 dan 2024, hingga kini masih belum terealisasi.

Pemerintah berencana untuk mengubah skema subsidi menjadi insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP). Syaratnya, motor listrik harus memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 40 persen. Namun, hingga saat ini, regulasi final mengenai skema baru ini belum juga diterbitkan.

Akibat ketidakpastian program subsidi ini, banyak produsen motor listrik di Indonesia kini mengalihkan strategi penjualan mereka. Mereka kini lebih fokus pada pasar business-to-business (B2B) atau sektor korporasi. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk menjaga keberlangsungan bisnis dan meningkatkan volume penjualan di tengah pasar konsumen individu (business-to-consumer/B2C) yang lesu.

Agung Pamungkas, Founder dan CEO PT Tangkas Motor Listrik, mengungkapkan bahwa sepinya minat terhadap motor listrik di sektor ritel mendorong perusahaannya untuk beralih ke sektor niaga. Agung mengklaim bahwa perusahaannya tidak mengalami penumpukan stok motor listrik karena masih adanya permintaan kendaraan operasional dari instansi pemerintah maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

"Kami tidak melakukan penghentian produksi karena TKDN kami termasuk yang tinggi. Oleh karena itu, kami beralih target pasar, yaitu menuju ke B2B," ujar Agung.

Agung menambahkan bahwa sektor B2B tidak terlalu terpengaruh oleh ada atau tidaknya subsidi. Ia berharap agar anggaran dari kementerian maupun BUMN untuk pengadaan motor listrik segera diimplementasikan.

Senada dengan Agung, Irwan Tjahaja, Chief Executive Officer PT Swap Energi Indonesia, menyatakan bahwa produksi pabriknya masih berjalan, namun dengan penyesuaian.

"Saat ini, dari produsen, saya katakan 90 persen B2C mati. Sekarang, fokusnya adalah pada B2B saja, karena B2B memang dari awalnya tidak ada subsidi," kata Irwan.

Irwan mengakui bahwa penjualan motor listrik di sektor niaga mengalami peningkatan pada awal tahun 2025. Hal ini berbanding terbalik dengan penjualan motor listrik ritel yang mengalami penurunan signifikan.

"B2B lumayan ada peningkatan. Dibandingkan tahun-tahun lalu, mungkin naik sekitar 50 persen. Fokusnya diarahkan ke sana saja. B2C hampir tidak ada," pungkas Irwan.