Industri Manufaktur Indonesia Ungguli ASEAN, Raih Investasi Rp 179 Triliun di Kuartal I 2025

Sektor industri manufaktur Indonesia menunjukkan performa yang solid pada kuartal pertama tahun 2025, dengan mencatatkan pertumbuhan positif dan menarik investasi signifikan. Kinerja ini menegaskan posisi Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi di kawasan Asia Tenggara.

Pertumbuhan sektor manufaktur non-migas mencapai 4,31% secara year-on-year pada kuartal I 2025. Hal ini memberikan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Sektor ini menyumbang 17,50% terhadap PDB, meningkat dari 17,47% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Tren positif ini menunjukkan bahwa industri manufaktur terus menjadi pilar penting dalam perekonomian Indonesia.

Realisasi ekspor manufaktur Indonesia pada kuartal I 2025 mencapai US$ 52,9 miliar, setara dengan Rp 872,95 triliun (dengan kurs Rp 16.502 per dolar AS). Sementara itu, investasi di sektor manufaktur mencapai Rp 179,70 triliun. Angka ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap potensi dan prospek industri manufaktur Indonesia.

Nilai Tambah Manufaktur (MVA) Indonesia pada tahun 2023 mencapai hampir US$ 256 miliar. Berdasarkan data dari Bank Dunia dan United Nations Statistics, ini adalah angka tertinggi yang pernah dicapai oleh Indonesia. Dengan capaian ini, Indonesia menduduki peringkat ke-12 sebagai negara dengan nilai tambah manufaktur terbesar di dunia. Di Asia, Indonesia berada di peringkat ke-5, setelah China, India, Jepang, dan Korea Selatan. Khusus di kawasan ASEAN, Indonesia menempati posisi pertama.

Prestasi ini mencerminkan daya saing industri manufaktur Indonesia di tingkat global dan regional. Pemerintah terus berupaya untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan mendorong inovasi di sektor manufaktur. Dengan demikian, diharapkan industri manufaktur dapat terus menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.