Miliarder Bryan Johnson Luncurkan Agama 'Don't Die' dengan Konsep Kontroversial 'Tubuh adalah Tuhan'
Miliarder teknologi, Bryan Johnson, kembali mencuri perhatian publik dengan inisiasi terbarunya: sebuah agama bernama 'Don't Die'. Langkah ini semakin mempertegas obsesinya terhadap perpanjangan usia dan penolakan kematian, yang selama ini menjadi fokus utama dari berbagai proyek dan kampanyenya.
Johnson, yang dikenal karena dedikasinya dalam memperlambat proses penuaan, menjelaskan bahwa agama 'Don't Die' ini merupakan evolusi dari kampanye 'Don't Die' yang telah lama ia galakkan. Dalam sebuah wawancara, ia mengungkapkan bahwa motivasi di balik pembentukan agama ini adalah untuk menciptakan sebuah kerangka kerja yang lebih kuat dan terstruktur dalam upaya mencapai tujuan hidup abadi.
Inti Kepercayaan 'Don't Die'
Inti dari agama 'Don't Die' adalah gagasan bahwa tubuh itu sendiri adalah 'Tuhan'. Konsep ini mendorong para pengikutnya untuk memprioritaskan kesehatan dan kesejahteraan fisik mereka di atas segalanya. Johnson membayangkan sebuah komunitas di mana para anggotanya berkumpul secara rutin untuk melakukan ritual dan mantra yang bertujuan untuk memuliakan dan memelihara tubuh mereka.
Ritual dan Praktik
Johnson menggambarkan ritual mingguan yang melibatkan 8 hingga 12 orang, mirip dengan kelompok dukungan seperti Alcoholics Anonymous. Ritual tersebut mencakup mantra dan sesi 'permintaan maaf kepada tubuh' atas segala tindakan yang merugikan kesehatan. Tujuan dari ritual ini adalah untuk menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab terhadap tubuh sebagai entitas suci.
Peran Kecerdasan Buatan (AI)
Uniknya, agama 'Don't Die' juga mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) ke dalam praktiknya. Johnson percaya bahwa AI dapat memainkan peran penting dalam memantau dan mengoptimalkan kesehatan tubuh. Ia bahkan telah bereksperimen dengan menggunakan algoritma untuk menganalisis data tubuh dan membuat keputusan kesehatan, sehingga memungkinkan AI untuk 'memandu' pilihan gaya hidupnya.
Inklusivitas Agama 'Don't Die'
Johnson menekankan bahwa agama 'Don't Die' terbuka untuk semua orang, tanpa memandang latar belakang agama atau kepercayaan mereka. Ia mengklaim bahwa agama ini dapat menjadi pelengkap bagi agama-agama lain, memberikan kerangka kerja praktis untuk pemeliharaan kehidupan dan kesehatan.
Reaksi dan Kontroversi
Pembentukan agama 'Don't Die' oleh Bryan Johnson telah memicu berbagai reaksi di masyarakat. Sementara beberapa orang mengagumi visi dan dedikasinya terhadap perpanjangan usia, yang lain mengkritik konsep 'Tubuh adalah Tuhan' sebagai kontroversial dan berpotensi menyesatkan. Terlepas dari kontroversi yang ada, langkah Johnson ini sekali lagi menegaskan posisinya sebagai tokoh yang berpengaruh dan provokatif dalam bidang harapan hidup dan anti-penuaan.
Berikut adalah daftar ritual dalam agama 'Don't Die':
- Pertemuan mingguan yang melibatkan 8 hingga 12 orang.
- Sesi pembukaan dengan ritual khusus.
- Pembacaan mantra.
- Sesi 'permintaan maaf kepada tubuh' atas tindakan yang merugikan kesehatan.