Jepang Kembangkan Baterai Nuklir Berumur Abad untuk Misi Luar Angkasa
Jepang Kembangkan Baterai Nuklir Berumur Abad untuk Misi Luar Angkasa
Jepang tengah menggarap sebuah terobosan teknologi yang berpotensi merevolusi eksplorasi luar angkasa: sebuah baterai yang mampu menghasilkan daya secara berkelanjutan selama 100 tahun di lingkungan ekstrem angkasa luar. Proyek ambisius ini merupakan kolaborasi antara Japan Atomic Energy Agency (JAEA) dan Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA), yang dimulai pada Maret 2025.
Baterai ini dirancang untuk beroperasi tanpa memerlukan perawatan dalam jangka waktu yang sangat panjang. Inti dari teknologi ini adalah penggunaan amerisium, sebuah unsur radioaktif yang dihasilkan dari peluruhan plutonium dalam bahan bakar nuklir bekas. Amerisium dipilih karena sifatnya yang tidak memerlukan pengendalian ketat seperti plutonium, sehingga lebih aman dan stabil untuk aplikasi jangka panjang.
Masahide Takano, seorang peneliti senior di JAEA, mengungkapkan keyakinannya terhadap keberhasilan proyek ini, meskipun mengakui adanya berbagai tantangan yang harus diatasi. Tujuan utama adalah menciptakan sumber daya listrik yang ringkas dan handal, yang tidak memerlukan perawatan selama lebih dari satu abad.
Baterai amerisium ini diharapkan dapat menjadi solusi ideal untuk wahana antariksa yang beroperasi di lokasi-lokasi di mana energi surya tidak tersedia, seperti:
- Asteroid
- Planet-planet yang jauh dari matahari
- Sisi gelap bulan
JAEA menargetkan untuk menyelesaikan prototipe baterai pada awal tahun 2029. Pengembangan ini akan membuka pintu bagi misi-misi luar angkasa yang lebih ambisius dan berjangka panjang.
Memahami Amerisium
Amerisium adalah unsur yang terbentuk dari peluruhan plutonium dalam bahan bakar nuklir bekas. Unsur ini berbeda dengan plutonium karena tidak mengalami fisi nuklir secara berkelanjutan, sehingga lebih mudah dikendalikan. JAEA berencana menggabungkan amerisium dengan teknologi pembangkit listrik berbasis perbedaan suhu untuk menciptakan baterai yang efisien dan tahan lama.
Sebelumnya, JAEA telah berhasil menggunakan amerisium untuk menyalakan lampu LED dalam uji coba. Tantangan utama saat ini adalah membuat sistem baterai yang cukup kecil dan ringan untuk diintegrasikan ke dalam wahana antariksa.
Amerika Serikat sendiri telah menggunakan baterai nuklir berbasis plutonium sejak tahun 1960-an, termasuk pada wahana antarbintang Voyager. Pengembangan baterai amerisium oleh Jepang merupakan langkah maju dalam teknologi baterai nuklir, dengan fokus pada umur panjang dan aplikasi di lingkungan luar angkasa yang ekstrem.