Holding BUMN Farmasi Berjuang Pulihkan Profitabilitas Pasca-Pandemi

Kinerja keuangan Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Farmasi masih menghadapi tantangan dalam meningkatkan profitabilitas di sepanjang tahun 2024. Konsolidasi pendapatan Bio Farma Group tercatat sebesar Rp 15,71 triliun (belum diaudit), namun membukukan kerugian bersih sebesar Rp 1,16 triliun. Kondisi ini menjadi sorotan utama dalam upaya pemulihan kinerja perusahaan farmasi pelat merah.

Direktur Utama PT Bio Farma (Persero), Shadiq Akasya, mengungkapkan bahwa penurunan kinerja signifikan mulai terasa sejak tahun 2022, seiring dengan transisi pasca-pandemi COVID-19. Bahkan, EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) tercatat minus Rp 190 miliar pada tahun 2024. Meskipun demikian, angka ini menunjukkan adanya perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Penjelasan ini disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta Pusat, Kamis (7/8/2025).

Shadiq menjelaskan bahwa pada kuartal I tahun 2025, Bio Farma menunjukkan sinyal positif dengan meraih pendapatan sebesar Rp 3,66 triliun dan laba bersih sebesar Rp 380 miliar. Hal ini memberikan harapan akan adanya pemulihan yang berkelanjutan.

Berikut adalah perbandingan kinerja Bio Farma Group dalam beberapa tahun terakhir:

  • 2021: Laba Rp 1,94 triliun
  • 2022: Laba Rp 500 miliar
  • 2023: Rugi Rp 2,04 triliun
  • 2024: Rugi Rp 1,16 triliun

Shadiq mengakui bahwa masa pandemi COVID-19 telah meninggalkan beban impairment yang cukup besar bagi perusahaan. Namun, di sisi lain, ia melihat peluang bisnis yang menjanjikan dalam pengembangan bahan baku vaksin. Kebijakan Kementerian Kesehatan Arab Saudi yang mewajibkan suntikan COVID-19 bagi jemaah haji dan umrah menjadi potensi pasar yang signifikan.

"Puji syukur bahwa itu juga menjadi peluang buat kami dan kami berharap juga untuk berikutnya bisa dilakukan juga terhadap jemaah umrah karena jemaah haji mungkin hanya sekitar 240 ribu orang per tahun. Tapi jemaah umroh ada sekitar 1,8 juta orang per tahun," ungkap Shadiq.

Manajemen Bio Farma Group terus berupaya untuk meningkatkan efisiensi operasional, mengembangkan produk-produk inovatif, serta memperluas jangkauan pasar. Diharapkan, dengan strategi yang tepat, Holding BUMN Farmasi dapat segera keluar dari zona merah dan kembali mencatatkan profitabilitas yang berkelanjutan.