Cara Delevingne Memukau dengan Gaun Antik Berusia Satu Abad di Karpet Merah
Model dan aktris ternama, Cara Delevingne, mencuri perhatian publik dengan pilihan busananya yang unik dan bersejarah pada pemutaran perdana film dokumenter 'Ocean With David Attenborough' di London, Inggris. Kehadirannya di karpet merah bersama sang kakak, Poppy Delevingne, menjadi sorotan utama.
Delevingne tampil memukau dalam balutan gaun slip dress transparan berwarna silver metalik yang ternyata merupakan busana vintage dari era 1920-an. Gaun tersebut berasal dari koleksi Annie's Ibiza, butik yang dikenal dengan koleksi busana vintage dan edisi terbatasnya. Detail gaun yang mengekspos bagian dada dan underwear-nya semakin menambah kesan seksi dan berani pada penampilannya.
Menurut informasi, gaun tersebut dibuat di Kairo, Mesir, menggunakan material langka bernama Tulle-bi-telli. Kain ini merupakan jenis tekstil khas Mesir yang sangat unik. Usia gaun yang mencapai lebih dari satu abad menambah nilai artistik dan historis pada penampilan Delevingne malam itu.
Untuk melengkapi penampilannya, Delevingne memadukan gaun vintage tersebut dengan blazer boxy berwarna senada. Ia juga mengenakan kalung dengan liontin berbentuk elang dan sepatu platform yang menambah tinggi badannya. Kombinasi antara busana vintage dan sentuhan modern ini semakin menegaskan gaya personal Delevingne yang selalu berani dan out of the box.
Cara Delevingne memang dikenal sebagai sosok yang tidak takut untuk bereksperimen dengan gaya busananya. Ia seringkali tampil dengan busana yang unik dan kontroversial, namun tetap berhasil memancarkan aura kepercayaan diri dan karisma yang kuat. Meskipun demikian, Delevingne menegaskan bahwa pilihan busananya tidak mendefinisikan dirinya sebagai seorang individu. Ia percaya bahwa gaya berpakaian adalah bentuk ekspresi diri yang tidak terikat oleh batasan gender atau stereotip tertentu.
Dalam sebuah wawancara, Delevingne pernah mengungkapkan bahwa mengenakan gaun berwarna pink tidak serta merta membuatnya menjadi sosok yang feminin. Ia berpendapat bahwa seseorang tetap dapat mengekspresikan diri dengan berbagai cara, termasuk melalui gaya berpakaian, tanpa harus terjebak dalam label atau kategori tertentu.