Sumatera Barat Waspada: Potensi Megathrust Mentawai Belum Teratasi
Ancaman Gempa Megathrust di Sumatera Barat: Zona Mentawai dalam Sorotan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) baru-baru ini menyampaikan peringatan terkait potensi gempa megathrust di wilayah Sumatera Barat. Dari tiga zona megathrust yang teridentifikasi, zona Mentawai, yang terakhir mengalami pelepasan energi pada tahun 1797, menjadi perhatian utama karena belum mengalami gempa besar hingga saat ini.
Kepala BNPB, Letjen TNI Dr. Suharyanto, S.Sos, M.M., menjelaskan bahwa potensi gempa megathrust dapat menimbulkan dampak signifikan di berbagai wilayah pesisir Sumatera Barat, termasuk Kota Padang. Jika gempa terjadi di zona Mentawai, dampaknya diperkirakan akan terasa hingga Bandara Internasional Minangkabau, kawasan pemukiman, sungai, dan pelabuhan, yang secara geografis lebih rendah dari permukaan laut. Landasan pacu bandara, yang hanya berjarak 400 meter dari garis pantai, berpotensi terendam hingga kedalaman 3 meter.
Bukan Peringatan Dini, Namun Kewaspadaan Tetap Diperlukan
Informasi mengenai potensi gempa megathrust di Sumatera Barat sebenarnya telah disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Agustus 2024. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa wilayah Selat Sunda dan Mentawai-Siberut dianggap sebagai seismic gap, wilayah yang belum mengalami gempa besar dalam kurun waktu yang lama, sehingga berpotensi melepaskan energi gempa yang signifikan. Meski demikian, Daryono menegaskan bahwa informasi ini bukanlah prediksi atau peringatan dini, melainkan imbauan untuk meningkatkan kewaspadaan.
Memahami Potensi Gempa: Tinjauan dari Pakar ITB
Pakar gempa dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. Irwan Meilano, ST, MSc, menjelaskan bahwa potensi gempa dapat dipahami melalui tiga kondisi:
- Sejarah Kegempaan: Riwayat gempa yang pernah terjadi di suatu wilayah.
- Data Pengamatan Kegempaan Saat Ini: Daerah yang berpotensi mengalami gempa besar cenderung memiliki aktivitas kegempaan yang relatif rendah.
- Akumulasi Regangan: Tingkat regangan yang terakumulasi di suatu wilayah, yang dapat diukur melalui pengamatan deformasi, termasuk menggunakan data GPS.
Irwan mengungkapkan bahwa ketiga kondisi tersebut telah terpenuhi di wilayah Mentawai, sementara untuk Selat Sunda, hanya kondisi kedua dan ketiga yang terpenuhi.
Mitigasi Bencana: Upaya Antisipasi Dampak Megathrust
Menghadapi potensi ancaman gempa megathrust dan tsunami, Kepala BNPB Suharyanto menekankan pentingnya langkah-langkah mitigasi, antara lain:
- Pembuatan Sempadan Pantai: Penanaman pohon di sepanjang garis pantai untuk mereduksi energi gelombang tsunami sebelum mencapai wilayah pemukiman dan infrastruktur penting.
- Antisipasi Bebatuan di Pantai: Penataan kembali bebatuan di pantai-pantai Kota Padang, yang berpotensi menjadi proyektil berbahaya saat terjadi tsunami.
- Penanganan Wilayah Sungai: Mengingat arus tsunami dapat lebih cepat melalui sungai, perlu dilakukan penataan kawasan sungai yang melewati pemukiman.
Pemerintah terus berupaya meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat melalui simulasi evakuasi secara berkala di wilayah-wilayah berpotensi terdampak tsunami. Simulasi ini bertujuan untuk melatih masyarakat agar mengetahui jalur evakuasi dan tempat aman saat terjadi bencana.
Kearifan Lokal: Rumah Adat Sebagai Bentuk Mitigasi Bencana
BNPB juga mendorong pemanfaatan kearifan lokal dalam mitigasi bencana. Di Sumatera Barat, rumah gadang dikenal memiliki konstruksi tahan gempa. Struktur tiang yang diletakkan di atas batu memungkinkan rumah gadang untuk bertahan saat terjadi guncangan gempa. Selain itu, rumah gadang umumnya tidak dibangun di dekat pantai sebagai langkah mitigasi terhadap ancaman tsunami. Kearifan lokal serupa juga ditemukan pada rumah adat Nias, yang memiliki penyangga struktur untuk meningkatkan ketahanan terhadap gempa.
Suharyanto berharap agar mahasiswa dan akademisi dapat menggali kembali kearifan lokal di wilayah masing-masing sebagai upaya meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dan meminimalkan dampak bencana.