Anggaran Binaraga Kabupaten Malang di Tengah Kontroversi Ayam Tiren
Anggaran Binaraga Kabupaten Malang Dialokasikan untuk Porprov Jatim IX 2025
Pemerintah Kabupaten Malang melalui Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 61.446.000 untuk cabang olahraga binaraga. Dana ini dipersiapkan untuk mendukung para atlet dalam menghadapi Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur IX tahun 2025. Alokasi anggaran tersebut terbagi menjadi dua bagian utama, yakni Rp 54.000.000 untuk pemusatan latihan dan Rp 7.446.000 untuk kegiatan try out.
Menurut Kepala Dispora Kabupaten Malang, M Hidayat, realisasi anggaran untuk pemusatan latihan akan dilakukan secara bertahap selama tiga bulan, mulai dari April hingga Juni 2025. Besaran dana yang diterima oleh masing-masing atlet dan pelatih bervariasi, berkisar antara Rp 1.000.000 hingga Rp 2.000.000 per orang. Total penerima manfaat dari anggaran ini adalah 14 orang yang terdiri dari atlet dan pelatih.
Pencairan Bertahap dan Pertanggungjawaban Anggaran
Pencairan anggaran tahap pertama untuk pemusatan latihan telah dilakukan langsung ke rekening masing-masing atlet dan pelatih. Dispora Kabupaten Malang kini tengah mempersiapkan realisasi anggaran tahap kedua. Namun, Hidayat menekankan pentingnya Surat Pertanggungjawaban (SPJ) sebagai bukti penggunaan anggaran tahap pertama.
Untuk anggaran try out, pencairan akan dilakukan setelah Persatuan Binaraga dan Fitness Indonesia (PBFI) Kabupaten Malang menyerahkan SPJ. Hidayat menegaskan bahwa setiap penggunaan anggaran negara, bahkan nominal terkecil sekalipun, harus dapat dipertanggungjawabkan.
Anggaran Sesuai dengan Usulan KONI
Nilai anggaran yang dialokasikan untuk atlet binaraga telah sesuai dengan usulan yang diajukan oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Malang. Proses verifikasi anggaran juga telah dilakukan oleh KONI, termasuk estimasi perolehan medali emas, perak, dan perunggu. Hidayat menegaskan bahwa Dispora Kabupaten Malang telah bertindak transparan dalam pengelolaan anggaran ini.
Kontroversi Konsumsi Ayam Tiren
Di tengah persiapan Porprov Jatim IX 2025, muncul kontroversi terkait konsumsi ayam tiren oleh beberapa atlet binaraga Kabupaten Malang. Ayam tiren, atau ayam yang mati sebelum disembelih, dianggap tidak layak konsumsi karena berpotensi membahayakan kesehatan. Hal ini mencuat setelah beredarnya video di media sosial yang memperlihatkan atlet binaraga membersihkan ayam tiren sebelum dimasak.
Hidayat mengaku tidak mengetahui perihal konsumsi ayam tiren oleh para atlet. Ia menyatakan bahwa tidak ada koordinasi antara KONI atau PBFI Kabupaten Malang dengan pihaknya mengenai masalah ini. Hidayat juga menegaskan bahwa ia tidak pernah memerintahkan atau menyarankan para atlet untuk mengkonsumsi ayam tiren.
Alasan Konsumsi Ayam Tiren
Menurut Indra Khusnul, seorang pelatih binaraga, para atlet terpaksa mengkonsumsi ayam tiren karena keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh PBFI Kabupaten Malang. Keterbatasan ini menyebabkan sulitnya memenuhi kebutuhan gizi yang layak bagi para atlet, terutama menjelang Porprov Jatim IX 2025.
Indra menyadari bahwa konsumsi ayam tiren tidak dianjurkan dari segi kesehatan maupun agama. Namun, ia mengaku tidak memiliki solusi lain untuk memenuhi kebutuhan protein para atlet. Indra juga mengungkapkan bahwa selama ini ia telah banyak mengeluarkan dana pribadi untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi para atlet, namun dana tersebut terbatas.
Kebutuhan Gizi Atlet Binaraga
Kebutuhan gizi atlet binaraga sangat tinggi, terutama protein. Indra menjelaskan bahwa untuk atlet dengan berat badan di bawah 60 kilogram, kebutuhan protein hewani minimal adalah 1 kilogram per hari. Biaya suplementasi per atlet juga bisa mencapai Rp 2 - 3 juta per bulan.
Indra menambahkan bahwa anggaran yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Malang hanya mencukupi sekitar 10 persen dari total kebutuhan PBFI Kabupaten Malang. Untuk menutupi kekurangan tersebut, PBFI Kabupaten Malang mengandalkan dana dari tempat latihan yang dikomersialkan.
Indra berharap Pemerintah Kabupaten Malang dapat lebih memperhatikan kebutuhan para atlet binaraga dan cabang olahraga lainnya. Ia meminta agar pemerintah dapat memahami kekurangan dan kebutuhan masing-masing cabang olahraga agar dapat memberikan dukungan yang lebih optimal.