Penyelidikan Mendalam Kasus Siswa SMP Tewas di Surabaya, Polisi Periksa Saksi
Penyelidikan Kasus Siswa SMP di Surabaya Terus Bergulir
Polrestabes Surabaya tengah melakukan penyelidikan intensif terkait kasus meninggalnya seorang siswa SMP swasta berinisial SSH (15). Dugaan sementara, korban tewas akibat sengatan listrik dari kabel AC di lingkungan sekolahnya. Laporan dari pihak keluarga telah diterima oleh pihak kepolisian pada tanggal 10 April 2025, dan kini proses penyelidikan tengah berjalan.
AKP Rina Shanty Dewi, Kasi Humas Polrestabes Surabaya, menyatakan bahwa pihak kepolisian telah memanggil dan meminta keterangan dari sejumlah saksi terkait. "Hingga saat ini, kami telah melakukan klarifikasi terhadap lima orang saksi, termasuk dari pihak sekolah," ujarnya pada Kamis, 8 Mei 2025.
Keterangan Pihak Keluarga Korban
Ayah korban, Tanu Hariadi, mengungkapkan alasan di balik pelaporan kejadian ini kepada pihak berwajib. Menurutnya, pihak sekolah terkesan kurang menunjukkan itikad baik dalam menangani peristiwa duka ini. Tanu menjelaskan bahwa ketika ia mendatangi sekolah pada Selasa, 7 April 2025, untuk mencari penjelasan, ia merasa tidak mendapatkan respons yang memadai.
"Saya hanya mendapatkan cerita tentang keseharian anak saya di sekolah. Seharusnya, ada bentuk empati yang lebih nyata, misalnya dengan mendatangi rumah dan memberikan penjelasan yang komprehensif. Hal itu akan membuat kami sebagai orang tua merasa dihargai," tutur Tanu dengan nada kecewa.
Kronologi Kejadian
Insiden tragis ini terjadi pada Senin, 28 Maret 2025. SSH bersama teman-temannya berencana melaksanakan ujian praktik PJOK (Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan). Mereka tiba di sekolah yang terletak di kawasan Krembangan sekitar pukul 11.23 WIB. Namun, saat itu sekolah sedang dalam masa libur.
Karena akses tangga menuju ruang kelas terkunci, mereka memutuskan untuk mengerjakan tugas di rooftop sekolah. Di sanalah, petaka terjadi. SSH diduga tidak sengaja menginjak kabel AC yang terkelupas. Akibatnya, ia tersengat aliran listrik.
"Anak saya sempat berteriak, 'aku kesetrum!', lalu tubuhnya membeku selama kurang lebih 40 detik sebelum akhirnya terjatuh dan kepalanya membentur pagar," jelas Tanu dengan pilu.
Teman-teman SSH segera membawa korban ke Rumah Sakit Adi Husada. Sayangnya, nyawa SSH tidak tertolong. Ia dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 12.35 WIB.
"Ketika saya memandikan jenazah anak saya, saya melihat ada luka di kakinya, bercak merah di punggung, serta bintik-bintik merah di lengannya. Kami menduga, ada urat sarafnya yang putus akibat sengatan listrik," imbuh Tanu.
Harapan Keluarga Korban
Keluarga korban berharap agar pihak sekolah dapat memberikan penjelasan yang lengkap dan transparan mengenai insiden tragis ini. Mereka juga mengharapkan adanya bentuk empati yang tulus dari pihak sekolah atas peristiwa yang menimpa putra mereka.