Sujud dalam Salat: Perspektif Neurosains tentang Manfaatnya bagi Kesehatan Otak

Sujud dalam Salat: Perspektif Neurosains tentang Manfaatnya bagi Kesehatan Otak

Prof. Taruna Ikrar, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI dan peneliti neurosains, baru-baru ini memaparkan temuan ilmiah mengenai manfaat sujud dalam salat bagi kesehatan otak. Dalam ceramahnya di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu (8/2/2025), beliau menjelaskan bahwa posisi sujud memiliki implikasi fisiologis yang signifikan bagi kesehatan otak dan sistem kardiovaskular.

Salah satu poin penting yang diutarakan Prof. Taruna adalah posisi sujud, di mana kepala berada di posisi lebih rendah daripada jantung. Posisi ini, menurutnya, secara efektif meningkatkan aliran darah ke otak. Jantung, sebagai pompa utama tubuh, akan lebih optimal memompa darah ke seluruh tubuh, termasuk otak. Peningkatan aliran darah ini berdampak pada peningkatan saturasi oksigen dalam otak. Hal ini, lanjut Prof. Taruna, dapat berkontribusi pada pencegahan penyakit neurodegeneratif seperti demensia dan Alzheimer.

Lebih lanjut, beliau menjelaskan aspek neurotransmitter yang berperan dalam menciptakan rasa tenang dan damai saat sujud. Riset ilmiah dan pengalaman klinis di rumah sakit telah menunjukkan korelasi antara praktik sujud dan keseimbangan neurotransmitter dalam tubuh. Keseimbangan ini, yang penting untuk regulasi suasana hati, dapat membantu mengurangi kecemasan, ketakutan, dan stres. Ini sejalan dengan ajaran agama yang menekankan ketenangan hati sebagai hasil dari ibadah.

Prof. Taruna menekankan bahwa manfaat sujud bukan hanya terbatas pada aspek fisik, tetapi juga berkaitan erat dengan aspek spiritual dan psikologis. Sujud, sebagai bentuk penghambaan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkontribusi pada ketenangan batin yang berdampak positif terhadap kesehatan jasmani dan rohani. Ia menambahkan bahwa meskipun manusia tidak selalu merasakan kebahagiaan, namun melalui ibadah, khususnya sujud dalam salat, ketenangan dan keseimbangan neurotransmitter dapat dicapai secara ilmiah.

Kesimpulannya, Prof. Taruna mengajak umat Islam untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan kualitas shalat, khususnya gerakan sujud, serta meningkatkan kekhusyukan dalam beribadah. Dengan demikian, manfaat kesehatan, ketenangan, dan keberkahan akan dapat diperoleh secara holistik, baik dari segi fisik maupun spiritual. Penelitian lebih lanjut di bidang ini tentunya diperlukan untuk mengungkap lebih dalam lagi mekanisme kerja sujud dan manfaatnya bagi kesehatan otak dan tubuh secara keseluruhan.

Berikut beberapa poin penting yang dibahas:

  • Peningkatan aliran darah ke otak akibat posisi sujud.
  • Peningkatan saturasi oksigen dalam otak.
  • Pencegahan penyakit neurodegeneratif seperti demensia dan Alzheimer.
  • Keseimbangan neurotransmitter dan dampaknya pada suasana hati.
  • Hubungan antara sujud, ketenangan batin, dan kesehatan jasmani-rohani.
  • Pentingnya kekhusyukan dalam beribadah.