Sirmione Kewalahan Menghadapi Lonjakan Turis: 75.000 Pengunjung Padati Kota Kecil Italia
Kota Sirmione, permata Italia yang terletak di tepi Danau Garda, baru-baru ini mengalami lonjakan wisatawan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pada liburan May Day lalu, sekitar 75.000 pengunjung membanjiri kota kecil tersebut, yang biasanya hanya dihuni oleh sekitar 8.000 penduduk.
Akibatnya, kota yang terkenal dengan reruntuhan Romawi, pemandian air panas, dan Kastil Scaligero abad ke-13 yang ikonik itu, menjadi kacau balau. Kondisi ini memicu keluhan dari warga, pelaku usaha, dan wisatawan sendiri.
Video yang beredar di media sosial memperlihatkan kepadatan yang ekstrem, dengan orang-orang berdesakan di jalanan dan kemacetan lalu lintas yang melumpuhkan. Antrean panjang hingga 40 menit dilaporkan hanya untuk memasuki pusat kota, membuat pengalaman wisata menjadi tidak menyenangkan bagi banyak orang. Warga setempat merasa kewalahan dengan perubahan suasana yang drastis.
Komentar di media sosial mencerminkan kekecewaan dan kekhawatiran. Beberapa warganet menggambarkan situasi tersebut sebagai "krisis" dan menyerukan tindakan segera untuk mengatasi dampak negatif pariwisata berlebihan. Ada pula yang menyindir bahwa pariwisata berlebihan lebih mengutamakan kuantitas daripada kualitas, menciptakan pengalaman yang "serba cepat, bising, dan kosong".
Pelaku usaha pariwisata juga menyuarakan keprihatinan mereka. Marco Merlo, Presiden Asosiasi Hotel dan Restoran setempat, menyatakan kekhawatirannya tentang keselamatan dan kenyamanan semua pihak. Ia mendesak pemerintah kota untuk berdialog dengan para pemangku kepentingan guna mencari solusi yang efektif dan berkelanjutan.
Kelompok warga lokal bernama Siamo Sirmione juga menyoroti potensi kerusakan jangka panjang akibat pariwisata yang tidak terkendali. Mereka berpendapat bahwa pendekatan pengelolaan kota saat ini tidak hanya mempersulit kehidupan warga, tetapi juga dapat menghancurkan sektor pariwisata itu sendiri.
Menanggapi situasi tersebut, Roberto Salaorni, pejabat yang bertanggung jawab atas urusan transportasi, mengakui bahwa lonjakan pengunjung akhir pekan itu di luar perkiraan. Ia berjanji untuk menerapkan strategi yang lebih baik di masa depan, seperti pembatasan di pintu masuk kastil. Namun, ia juga mengakui bahwa ia belum pernah menyaksikan keramaian seperti itu di Sirmione sebelumnya.
Fenomena pariwisata berlebihan bukan hanya masalah Sirmione. Kota-kota wisata lain di Italia, seperti Venesia, juga bergulat dengan tantangan serupa. Meskipun upaya pembatasan jumlah wisatawan telah dilakukan, pelaksanaannya seringkali sulit.
Kondisi ini memunculkan pertanyaan tentang bagaimana menyeimbangkan manfaat ekonomi pariwisata dengan kebutuhan untuk melindungi warisan budaya dan kualitas hidup warga setempat. Sirmione, dengan pesonanya yang unik dan sejarahnya yang kaya, menghadapi tantangan untuk menemukan solusi yang berkelanjutan agar tetap menjadi tujuan wisata yang menarik tanpa mengorbankan identitas dan kesejahteraannya.