Mengurai Dilema Energi Eropa: Upaya Melepas Ketergantungan pada Gas Rusia

Mengurai Dilema Energi Eropa: Upaya Melepas Ketergantungan pada Gas Rusia

Komisi Eropa tengah berupaya merealisasikan ambisi untuk mengakhiri ketergantungan Uni Eropa (UE) pada pasokan gas Rusia pada tahun 2027. Rencana ini muncul di tengah meningkatnya tekanan politik dan ekonomi akibat invasi Rusia ke Ukraina dan lonjakan harga energi yang membebani rumah tangga dan industri.

Rencana yang digagas Komisi Eropa ini terdiri dari dua fase utama. Pertama, larangan terhadap kontrak gas baru dengan pemasok Rusia pada akhir tahun 2025. Kedua, penghapusan total impor gas Rusia pada tahun 2027. Komisaris Energi Uni Eropa telah menyampaikan optimisme bahwa paket legislatif yang tengah disusun akan memastikan transisi energi yang mulus dan mengakhiri dominasi gas Rusia dalam bauran energi UE.

Namun, realitas di lapangan menunjukkan tantangan yang signifikan. Meskipun pangsa gas Rusia dalam bauran energi UE telah menurun, impor Liquefied Natural Gas (LNG) dari Rusia justru mengalami peningkatan. Data dari Eurostat menunjukkan kenaikan impor gas Rusia sebesar 18% pada tahun 2024. Hal ini menimbulkan ironi, di mana UE secara finansial masih berkontribusi pada anggaran perang Kremlin melalui pembelian bahan bakar fosil.

Inkonistensi Kebijakan dan Ketergantungan Baru

Salah satu isu krusial adalah inkonsistensi dalam kebijakan energi UE. LNG Rusia belum menjadi target sanksi, dan beberapa negara anggota terus mengimpornya untuk konsumsi domestik. Negara seperti Prancis, Belgia, dan Spanyol menjadi pintu masuk utama LNG Rusia ke Eropa. Prancis, dengan infrastruktur LNG yang mumpuni, bahkan meningkatkan impor LNG Rusia secara signifikan pada tahun 2024.

Praktik re-gasifikasi LNG Rusia di Prancis dan kemudian diekspor kembali ke negara-negara tetangga menimbulkan masalah traceability atau kemampuan untuk melacak asal-usul gas. Setelah masuk ke dalam jaringan pipa, sulit untuk membedakan gas Rusia dari gas yang bersumber dari negara lain. Hal ini berpotensi menutupi asal-usul gas dan memungkinkan gas Rusia untuk dijual sebagai gas Eropa.

Diversifikasi sumber energi menjadi kunci dalam rencana REPowerEU yang diluncurkan pada tahun 2022. Namun, alih-alih mengurangi ketergantungan secara keseluruhan, UE tampaknya hanya beralih dari satu pemasok berisiko ke pemasok lainnya. Amerika Serikat kini menjadi pemasok LNG utama bagi UE. Namun, keandalan AS sebagai mitra dagang jangka panjang juga dipertanyakan, terutama dengan potensi perubahan kebijakan di masa depan.

Harga Energi dan Alternatif

Upaya mencari sumber gas alternatif belum sepenuhnya berhasil menstabilkan harga energi di Eropa. Harga gas di benua itu masih tinggi, yang berdampak negatif pada daya saing industri Eropa dibandingkan dengan Amerika Serikat dan China. Para ahli sepakat bahwa UE perlu mengurangi konsumsi gas secara keseluruhan, bukan hanya mengganti pemasok.

Pengurangan konsumsi gas di sektor industri dinilai sulit, tetapi ada potensi besar untuk menghemat energi di tingkat rumah tangga. Investasi dalam rumah hemat energi dan promosi panel surya dapat mengurangi permintaan gas untuk pemanas ruangan. Namun, reformasi hijau membutuhkan dukungan publik yang luas agar berhasil.

Tantangan Politik dan Diplomasi

Rencana Komisi Eropa ini harus mendapatkan persetujuan dari negara-negara anggota. Negara-negara yang masih bergantung pada gas pipa Rusia, seperti Hungaria, Slovakia, dan Austria, berpotensi menghalangi upaya ini. Selain itu, pembicaraan tentang potensi pelonggaran sanksi terhadap Rusia dapat melemahkan tekad UE untuk mengakhiri ketergantungan energinya.

Kerja sama yang erat antar negara anggota menjadi krusial untuk memastikan keamanan pasokan energi dan memperkuat persatuan UE. Hanya dengan bersatu, UE dapat mengatasi tantangan ini dan mencapai tujuan transisi energi yang ambisius.