Umat Katolik Flores Bersukacita atas Penunjukan Paus Leo XIV

Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, bergembira menyambut terpilihnya Paus Leo XIV sebagai pemimpin baru Gereja Katolik. Suksesor Paus Fransiskus, yang wafat pada 21 April 2025, Paus Leo XIV merupakan Paus perdana yang berasal dari Amerika Serikat.

Maria Angelina Kolin, seorang guru SMP di Sikka, menyampaikan bahwa penunjukan Paus baru ini merupakan dambaan umat Katolik di seluruh dunia, termasuk di Flores. Kekosongan takhta kepausan memicu pertanyaan tentang siapa yang akan menggantikan Paus Fransiskus.

"Ini adalah kerinduan seluruh umat Katolik termasuk di Pulau Flores. Kami sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan karena dalam waktu yang tidak terlalu lama kita memiliki Paus baru," kata Maria di Maumere, Jumat (9/5/2025).

Menurut Maria, berdasarkan informasi yang ia peroleh, Paus Leo XIV dikenal sebagai sosok moderat yang dekat dengan umat di daerah terpencil. Baginya, figur ini serupa dengan Paus Fransiskus yang dekat dengan masyarakat kecil. Ia berharap seluruh umat Katolik mendoakan karya penggembalaan Paus Leo.

Senada dengan Maria, Maria Magdalena Moi (30) menyatakan bahwa terpilihnya Paus Leo merupakan momen bersejarah. "Dari beberapa informasi yang saya baca, pemilihan Paus biasanya memakan waktu lama, tetapi kali ini tidak terlalu lama, hanya 33 jam," ujarnya.

Ia berpendapat bahwa Tuhan telah berkarya sejak awal hingga terpilihnya Paus yang baru. Paus Leo XIV, yang bernama asli Robert Francis Prevost, lahir pada 14 September 1955 di Chicago. Ia kini dikenal sebagai Paus pertama dari Amerika Serikat (AS).

Sebelumnya, Prevost dikenal karena karya misionarisnya di Peru, yang memberinya pemahaman mendalam tentang kondisi sosial dan spiritual di luar Roma. Di sana, ia menempuh pendidikan dasar, menjadi putra altar, lalu melanjutkan ke Universitas Villanova di Philadelphia, sebuah kampus Katolik terkemuka, dan kembali ke Chicago untuk belajar teologi.

Walaupun sebagian besar karir imamatnya dihabiskan di Peru sebagai misionaris, hubungan emosional dan spiritualnya dengan Chicago tidak pernah putus. Kakaknya, John Prevost, yang masih tinggal di pinggiran kota, menyatakan bahwa keluarganya sangat bangga dengan prestasi adiknya.