Amerika Serikat dan China Isyaratkan Pelonggaran Ketegangan Dagang Melalui Perundingan Intensif
AS dan China Berupaya Redakan Perang Tarif
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memberikan indikasi bahwa tarif impor terhadap produk-produk asal China berpotensi mengalami penurunan. Sinyal positif ini muncul menjelang pertemuan penting antara para pejabat perdagangan dari dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia, yang dijadwalkan berlangsung akhir pekan ini di Swiss.
"Tidak ada yang lebih tinggi lagi. Sekarang sudah 145, jadi kami tahu tarifnya akan turun," ujar Trump, mengacu pada eskalasi tarif impor yang mencapai 145 persen sejak ia kembali menjabat. Pernyataan ini disampaikan dalam acara peluncuran kesepakatan tarif baru antara AS dan Inggris, sebuah langkah yang dilihat sebagai upaya untuk meredakan ketegangan perdagangan global.
Pertemuan mendatang dengan delegasi China dipandang sebagai indikasi kuat bahwa Washington dan Beijing siap untuk mengurangi tensi dalam perang dagang yang telah menimbulkan gejolak di pasar keuangan global selama beberapa bulan terakhir.
"Saya pikir ini akan menjadi pertemuan yang sangat bersahabat. Mereka ingin menyelesaikan ini dengan cara yang elegan," kata Trump, mengungkapkan optimisme terhadap hasil perundingan dengan China.
Dari pihak Beijing, Wakil Menteri Luar Negeri China, Hua Chunying, juga menyampaikan sentimen positif. Ia menyatakan bahwa China memiliki "keyakinan penuh" dalam kemampuan mereka untuk mengelola isu-isu perdagangan dengan Amerika Serikat secara efektif.
Analis dari Eurasia Group, Dan Wang, menyoroti bahwa kedua negara saat ini menghadapi tekanan ekonomi yang signifikan. "Sinyal terbaru dari kedua belah pihak menunjukkan bahwa opsi deeskalasi secara transaksional sedang dipertimbangkan," ujarnya.
Tantangan dan Harapan dalam Negosiasi
Namun demikian, para analis mengingatkan untuk tidak berekspektasi terlalu tinggi, menekankan bahwa pembicaraan ini hanyalah awal dari serangkaian negosiasi yang panjang dan kompleks. Stephen Olson, mantan negosiator perdagangan AS, memperingatkan bahwa "friction sistemik antara AS dan China tidak akan hilang dalam waktu dekat."
Olson memperkirakan bahwa jika pun ada pemangkasan tarif dalam waktu dekat, dampaknya kemungkinan akan "kecil". Negosiasi awal akan dipimpin oleh Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dan Wakil Perdana Menteri China yang juga menjabat sebagai kepala ekonominya, He Lifeng. Namun, Olson menambahkan bahwa kesepakatan akhir akan memerlukan keterlibatan langsung dari kedua kepala negara.
Di tengah perkembangan ini, data resmi yang dirilis menunjukkan penurunan ekspor China ke AS sebesar lebih dari 20 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Meskipun demikian, total ekspor China ke seluruh dunia justru mengalami kenaikan sebesar 8,1 persen, melampaui perkiraan sebelumnya.
Kesepakatan AS-Inggris Membuka Jalan
Perundingan antara AS dan China dijadwalkan hanya dua hari setelah AS dan Inggris menandatangani kesepakatan tarif pertama sejak Trump mulai memberlakukan tarif tinggi terhadap berbagai negara. Dalam perjanjian tersebut, AS setuju untuk menurunkan tarif impor untuk sejumlah mobil asal Inggris dan mengizinkan impor baja dan aluminium Inggris tanpa tarif.
Kesepakatan ini juga memberikan keringanan bagi industri-industri utama Inggris dari tarif baru yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump. Saat ini, sejumlah negara berlomba-lomba untuk mengamankan kesepakatan dagang serupa sebelum tarif tinggi dari AS resmi diberlakukan bulan depan.
Trump sebelumnya mengumumkan "tarif timbal balik" terhadap sejumlah negara, namun menunda penerapannya untuk memberikan waktu negosiasi dengan pemerintah negara-negara tersebut.
Poin-poin penting yang perlu diperhatikan:
- Potensi penurunan tarif impor China oleh AS.
- Pertemuan pejabat perdagangan AS-China di Swiss.
- Optimisme dari kedua belah pihak terhadap penyelesaian sengketa dagang.
- Peringatan analis mengenai kompleksitas negosiasi.
- Kesepakatan tarif AS-Inggris sebagai preseden.