Perundingan AS-China di Swiss Digelar di Tengah Retorika Tarif Tinggi dari Trump

markdown Kabar terbaru dari arena perdagangan internasional menyoroti rencana pertemuan tingkat tinggi antara Amerika Serikat dan China di Jenewa, Swiss. Pertemuan ini bertujuan untuk mencari solusi atas perselisihan perdagangan yang telah berlangsung lama antara kedua negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Delegasi AS akan dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent dan Kepala Negosiator Perdagangan Jamieson Greer, sementara pihak China akan diwakili oleh pemimpin ekonomi He Lifeng.

Namun, di tengah persiapan perundingan tersebut, mantan Presiden AS Donald Trump kembali melontarkan pernyataan yang berpotensi memperkeruh suasana. Melalui platform media sosial Truth Social, Trump mengusulkan penerapan tarif impor sebesar 80% untuk produk-produk asal China. Ia juga mendesak China untuk membuka pasarnya bagi produk-produk AS, dengan menyebut bahwa pasar yang tertutup tidak lagi relevan. "Tarif 80% untuk China tampaknya tepat. Terserah Scott B," tulis Trump.

Pernyataan Trump ini mengindikasikan potensi kembalinya kebijakan proteksionis yang lebih agresif jika ia kembali terpilih sebagai presiden. Selama masa jabatannya sebelumnya, Trump telah menerapkan berbagai tarif impor terhadap produk China, yang kemudian dibalas oleh Beijing dengan tindakan serupa.

Sebagai informasi tambahan, sejak kembali menjabat pada Januari, Trump kembali menaikkan tarif impor dari China hingga mencapai 145 persen. Ini melanjutkan kebijakan proteksionis yang sebelumnya ia jalankan selama masa jabatan pertamanya. Tarif ini diberlakukan di atas bea masuk tambahan yang telah dikenakan oleh pemerintahan Presiden Joe Biden.

Respons dari China terhadap kebijakan tarif AS juga tidak kalah keras. Beijing telah memperketat ekspor elemen tanah jarang, yang merupakan bahan baku penting bagi industri teknologi, serta menaikkan tarif impor untuk produk-produk AS hingga 125%. Selain itu, China juga mengenakan pungutan tambahan pada komoditas strategis seperti kacang kedelai dan gas alam cair.

Gedung Putih sendiri menyatakan bahwa pertemuan di Jenewa merupakan langkah awal untuk meredakan ketegangan antara kedua negara. Diharapkan, perundingan ini dapat membuka jalan bagi de-eskalasi perang dagang yang telah memberikan dampak negatif terhadap ekonomi global. Namun, dengan adanya pernyataan-pernyataan kontroversial seperti dari Trump, prospek perundingan yang konstruktif menjadi semakin tidak pasti.