Dedi Mulyadi Usulkan Barak Militer Sebagai Sarana Pembinaan Guru dan ASN Indisipliner
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengemukakan gagasan untuk memperluas program pembinaan karakter melalui barak militer, tidak hanya terbatas pada kalangan pelajar. Rencananya, program ini akan menyasar guru dan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang dinilai kurang disiplin.
"Kami akan mengirimkan guru dan pegawai yang terindikasi malas ke barak militer. Ini merupakan bagian dari upaya pembentukan karakter yang lebih baik," ujar Dedi Mulyadi saat berada di Markas Kodim 0610/Sumedang.
Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari evaluasi menyeluruh terhadap sistem pendidikan dan peningkatan etos kerja. Ia berpendapat bahwa menurunnya wibawa guru turut berkontribusi terhadap perilaku negatif yang muncul di kalangan siswa.
"Perilaku anak-anak yang kurang baik menjadi indikasi adanya permasalahan dalam sistem pendidikan. Oleh karena itu, metode belajar dan mengajar di sekolah perlu dievaluasi," tambahnya.
Selain itu, Dedi Mulyadi juga menuturkan bahwa program pembinaan di barak militer akan diperluas untuk individu yang meresahkan masyarakat, seperti mereka yang terlibat dalam tindakan mabuk-mabukan atau keributan di ruang publik.
"Individu yang terlibat dalam tindakan meresahkan akan ditempatkan di barak militer, namun dengan pendekatan yang terstruktur. Mereka akan dilibatkan dalam proyek-proyek konstruksi pemerintah dan tetap mendapatkan upah," jelasnya.
Program ini akan diimplementasikan secara bertahap dengan pendekatan yang komprehensif. Untuk pelajar, program ini akan dikelola oleh bupati dan komandan distrik militer (dandim), serta diawasi oleh komandan resort militer (danrem) dan kepolisian.
"Program ini bukan pendidikan militer, melainkan pendidikan kedisiplinan. Tujuannya adalah mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik, termasuk menyadarkan anak-anak agar tidak mengendarai motor di bawah umur atau kecanduan gadget," tegas Dedi Mulyadi.
Ia menekankan bahwa program barak militer akan diperluas ke seluruh wilayah Jawa Barat, tergantung pada kesiapan masing-masing pemerintah kabupaten/kota.
"Para bupati tidak perlu merasa malu atau takut. Jika daerah lain sudah tertib, sementara di kabupatennya masih bermasalah, itu justru memalukan," kata Dedi Mulyadi.
Sementara itu, Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir, menyatakan bahwa program pendidikan karakter bagi siswa SMP telah dipersiapkan dengan matang dan komprehensif.
"Kami akan melibatkan orang tua dalam sesi parenting selama dua hari, agar mereka siap mendampingi anak-anak setelah kembali ke rumah," ujar Dony Ahmad Munir.
Dony Ahmad Munir menjelaskan bahwa salah satu kurikulum yang diajarkan dalam kegiatan ini adalah pendidikan Panca Waluya (Cageur, Bageur, Bener, Singer), yang mencerminkan nilai-nilai luhur masyarakat Sunda, yang bertujuan untuk pembentukan manusia yang sehat jasmani dan rohani, baik hati, benar, dan berani.
"Ini bukan wajib militer. Ini adalah upaya bersama untuk menyelamatkan masa depan anak-anak yang bermasalah. Pemerintah harus hadir dengan kebijakan yang nyata dan berpihak pada generasi muda," pungkas Dony Ahmad Munir.