Keluarga Korban Tersetrum di Sekolah Kecewa Pembatalan Pemeriksaan TKP oleh Polisi
Keluarga dari seorang siswa SMP berinisial SSH (15), yang meninggal dunia akibat dugaan sengatan listrik dari kabel AC di sekolahnya di kawasan Krembangan, Surabaya, meluapkan kekecewaan mendalam. Kekecewaan ini muncul setelah tim dari kepolisian membatalkan rencana pemeriksaan tempat kejadian perkara (TKP) yang sedianya akan dilakukan.
Peristiwa tragis yang merenggut nyawa SSH terjadi pada Jumat (9/5/2025) sore, sekitar pukul 16.00 WIB. Keluarga korban telah berkumpul di sekolah, menanti kedatangan Tim Inafis Polrestabes Surabaya untuk melakukan olah TKP. Petugas tiba dengan mobil sekitar pukul 16.30 WIB dan langsung menuju lapangan basket sekolah. Namun, setelah berdiskusi singkat, mereka memutuskan untuk meninggalkan lokasi tanpa melakukan pemeriksaan apapun di area tempat SSH ditemukan meninggal dunia.
Tanu Hariadi, ayah korban, mengungkapkan kebingungannya atas pembatalan tersebut. "Saya tidak tahu apakah ini cek TKP atau olah TKP. Tapi, menurut penyidik, ini adalah cek TKP," ujarnya saat ditemui di sekolah. Christine, ibu korban, yang mendampingi Tanu, tak kuasa menahan tangis mendengar penjelasan suaminya. Dengan suara bergetar, Christine menyatakan, "Ini adalah upaya mengungkap kebenaran, mencari keadilan. Saya tidak mengerti mengapa ditunda. Silahkan tanyakan langsung ke Polrestabes Surabaya alasan penundaan ini."
Anggota keluarga lainnya berusaha menenangkan Christine yang terus menangis, namun kesedihan mendalam tampak jelas di wajahnya. Tanu sebelumnya menceritakan bahwa SSH dan teman-temannya berencana mengerjakan ujian praktik PJOK pada Senin (28/3/2025). Mereka tiba di sekolah sekitar pukul 11.23 WIB, namun mendapati sekolah sedang libur. Tangga menuju kelas ditutup, dan lapangan sekolah digunakan oleh siswa SMA untuk kegiatan kelompok.
Menurut Tanu, sekelompok siswa ini kemudian memutuskan untuk mengerjakan tugas di rooftop sekolah. Di sanalah, SSH diduga tidak sengaja menginjak kabel AC yang terkelupas dan langsung tersengat listrik. "Anak saya berteriak, 'Aku kesetrum!' lalu membeku selama sekitar 40 detik. Kemudian dia terjatuh dan kepalanya terbentur pagar," jelas Tanu dengan nada pilu.
Teman-teman SSH segera membawanya ke Rumah Sakit Adi Husada di Jalan Undaan Wetan. Namun, nyawa SSH tidak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 12.35 WIB. "Saat saya memandikan jenazahnya, saya melihat luka di kakinya, bercak merah di punggung, dan bintik-bintik merah di lengannya. Saya menduga ada kerusakan pada urat syarafnya," kata Tanu mengakhiri keterangannya.
Keluarga kini berharap pihak kepolisian dapat segera melakukan investigasi mendalam dan transparan untuk mengungkap penyebab pasti kematian SSH dan memastikan pertanggungjawaban pihak-pihak terkait.