Tragedi di Surabaya: Siswa SMP Meninggal Akibat Sengatan Listrik, Ayah Korban Memohon Keadilan

Surabaya digegerkan dengan insiden tragis yang menimpa seorang siswa SMP, SSH (15), yang meninggal dunia akibat dugaan sengatan listrik dari kabel AC di sekolahnya. Kematian tragis ini mendorong Tanu Hariadi, ayah korban, untuk melakukan aksi memohon keadilan di sekolah tempat anaknya menghembuskan nafas terakhir.

Tanu Hariadi, dengan nada penuh kekecewaan, mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap penanganan kasus ini oleh pihak kepolisian. Ia menyayangkan pembatalan pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP) yang seharusnya dilakukan pada Jumat, 9 Mei 2025. Dengan suara bergetar, Tanu memohon kepada Presiden terpilih Prabowo Subianto, Kapolri, Kapolres, serta tim penyidik untuk mengusut tuntas kasus ini dan mengungkap kebenaran di balik kematian putranya.

"Saya benar-benar memohon ke Bapak Prabowo Subianto, Kapolri, Kapolres, dan bapak penyidik, mohon, mohon, mohon, benar-benar mohon," ucap Tanu dengan nada pilu di sekolah tempat putranya bersekolah. Lebih lanjut, Tanu menyatakan kesiapannya untuk bersujud demi keadilan bagi sang anak.

Sebagai bentuk permohonan yang mendalam, Tanu kemudian bersujud di tanah, memohon kepada para pejabat terkait untuk bertindak bijaksana dan memberikan perhatian penuh terhadap kasus ini. Aksi ini sontak membuat Christine, ibu korban, tak kuasa menahan tangisnya. Ia merangkul suaminya yang tengah bersujud, seraya meluapkan kesedihan dan permohonan keadilan atas kematian tragis putranya.

"Aku mohon keadilan, kalau perlu ganti nyawa enggak apa, ganti nyawa saya. Mana ada orangtua mau anaknya begini. Ini bukan anak kucing, ini anak manusia, tolong," isak Christine.

Menurut keterangan Tanu, insiden bermula ketika SSH bersama teman-temannya hendak mengerjakan ujian praktik PJOK pada Senin, 28 Maret 2025. Mereka tiba di sekolah sekitar pukul 11.23 WIB, namun mendapati sekolah sedang dalam kondisi libur. Akses menuju kelas mereka pun tertutup, sementara lapangan sekolah digunakan oleh siswa SMA untuk kegiatan kerja kelompok.

Korban dan teman-temannya kemudian memutuskan untuk mengerjakan tugas di rooftop sekolah. Nahas, SSH diduga tersengat listrik saat tidak sengaja menginjak kabel AC yang terkelupas. "Putra saya berteriak, (katanya) aku kesetrum, lalu mematung selama sekitar 40 detik. Akhirnya terjatuh dan kepalanya terbentur pagar," jelas Tanu.

SSH segera dilarikan ke Rumah Sakit Adi Husada, namun nyawanya tidak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia pada pukul 12.35 WIB. Tanu mengungkapkan bahwa saat memandikan jenazah putranya, ia menemukan luka di kaki, bercak merah di punggung, dan bintik-bintik merah di lengan korban. Ia menduga bahwa saraf putranya mengalami kerusakan akibat sengatan listrik tersebut.

AKP Rina Shanty Dewi, Kasi Humas Polrestabes Surabaya, mengkonfirmasi adanya laporan terkait kejadian ini. Pihaknya menyatakan bahwa penyelidikan masih berlangsung dan telah dilakukan klarifikasi terhadap lima orang saksi, termasuk dari pihak sekolah.