Konvoi Moge Terobos Lampu Merah di Sragen Picu Kontroversi, Pengawalan Dipertanyakan

Sebuah video yang memperlihatkan rombongan motor gede (moge) menerobos lampu merah di sebuah perempatan jalan di Sragen, Jawa Tengah, viral di media sosial dan menuai beragam reaksi dari warganet.

Video yang beredar luas tersebut memperlihatkan sejumlah pengendara moge melaju melewati lampu merah dengan pengawalan. Insiden ini terjadi di perempatan RSUD Sragen.

Kasus ini segera ditanggapi oleh pihak kepolisian. Iptu Kukuh Tirto Satrio Leksono, Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Sragen, menyatakan bahwa konvoi moge tersebut tidak dikawal oleh personel dari Satlantas Sragen. Penelusuran lebih lanjut mengungkap bahwa petugas pengawal berasal dari luar wilayah Sragen, berdasarkan identifikasi pelat nomor kendaraan.

Kejadian ini memicu gelombang komentar negatif dari warganet yang menilai tindakan rombongan moge tersebut sebagai arogan dan tidak menghormati peraturan lalu lintas. Banyak yang mempertanyakan urgensi dari tindakan menerobos lampu merah, terutama jika konvoi tersebut hanya bertujuan untuk touring biasa. Beberapa komentar bahkan menyinggung tentang anggapan bahwa kekayaan dan kekuasaan menjadi alasan bagi pelanggaran tersebut.

Menanggapi insiden ini, Sony Susmana, seorang Training Director Safety Defensive Consultant, memberikan pandangannya mengenai fungsi pengawalan. Menurutnya, pengawalan seharusnya bertujuan untuk memberikan keamanan dan kelancaran, tidak hanya bagi rombongan yang dikawal, tetapi juga bagi lingkungan sekitar. Ia menekankan bahwa pengawalan tidak berarti memberikan prioritas mutlak dengan mengabaikan rambu-rambu lalu lintas yang berlaku.

Sony Susmana juga menyoroti pentingnya pemahaman aparat pengawalan mengenai hak diskresi dan penggunaannya secara bijaksana. Hak diskresi seharusnya hanya digunakan dalam situasi darurat yang mendesak, sehingga tidak menimbulkan polemik di masyarakat. Selain itu, edukasi kepada pihak yang dikawal juga dianggap penting untuk memastikan pemahaman yang sama mengenai aturan dan etika berlalu lintas.

Lebih lanjut, Sony Susmana menilai bahwa pengawalan dalam video tersebut terkesan terlalu memaksakan, tidak aman, dan berpotensi menyebabkan kecelakaan. Ia menyoroti risiko tinggi di persimpangan jalan yang merupakan titik temu berbagai jenis kendaraan. Penutupan jalur, menurutnya, harus dilakukan secara terkoordinasi antara aparat yang bertugas di lapangan dan pengendara motor pengawal. Hal ini menjadi tantangan tersendiri karena tidak semua pengendara memahami prosedur dan risikonya.

Berikut adalah beberapa poin yang disoroti dalam insiden ini:

  • Pelanggaran Lalu Lintas: Rombongan moge menerobos lampu merah, melanggar peraturan lalu lintas yang berlaku.
  • Pengawalan Dipertanyakan: Keberadaan dan tindakan petugas pengawal dari luar wilayah Sragen menjadi sorotan.
  • Reaksi Masyarakat: Insiden ini memicu komentar negatif dari warganet yang menilai tindakan tersebut arogan dan tidak menghormati aturan.
  • Tinjauan Ahli: Training Director Safety Defensive Consultant memberikan pandangan mengenai fungsi pengawalan dan pentingnya penggunaan hak diskresi secara bijaksana.
  • Potensi Bahaya: Pengawalan yang memaksakan dinilai berpotensi membahayakan keselamatan pengguna jalan lain, terutama di persimpangan.